Didalam dunia manajemen kita mengenal istilah konflik kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham/RUPS. Konflik tersebut terjadi karena dua perbedaan kepentingan akan kegunaan perusahaan sebagai mesin uang. Pihak manajemen menginginkan perusahaan mensejahtrakan pihak mereka/pekerja yang secara langsung berjuang demi kelangsungan hidup perusahaan, sedangkan pemegang saham menginginkan profit dan deviden secara maksimal karena mereka adalah pemilik perusahaan.
Kedua kepentingan tersebut tidak mungkin diakomodir secara bersamaan, karena itu kedua pihak berjuang demi kepentingan masing-masing. Tetapi dengan adanya dua kepentingan yang saling mendorong malah akan menciptakan fungsi kontrol alamiah yang positif terhadap perusahaan. Pihak manajemen dan pemegang saham malah akan bahu membahu menjadikan perusahaan ladang uang mereka tanpa satu pihakpun yang dapat mengambil “keuntungan” dari posisi mereka. Sama persis ketika pembeli dan penjual habis2an nego harga toh pada akhirnya mereka salaman juga ketika harga jual terjadi.
Di Amerika Serikat sebagai induk dari semua sistem kapitalis, konflik kepentingan ini senantiasa terjadi, pemegang saham selalu berdebat pada rups/egm dengan manajemen. Satu hal yang perlu diperhatikan, pemegang saham untuk mempunyai kekuatan dalam bernego dengan manajemen harus bersatu dengan pemegang saham lain karena di Amerika rata2 perusahan berkapitalisasi besar tidak ada kepemilikan diatas 10% oleh satu kendali orang maupun institusi. Setiap pemegang saham pun mempunyai tujuan yang terkadang berbeda dan menyebabkan sekali lagi terbentuknya suatu kepentingan bersama hasil dari negosiasi. Semua hasil negosiasi itu menyebabkan keseimbangan itu senantiasa terjadi secara alamiah.
Bagaimana dengan di Indonesia??
Di Indonesia rata2 perusahaan besar masih dalam kendali pemegang saham utama- selanjutnya disebut majority (pemilik sebelum tbk). Manajemen terkesan menjadi “teman” dari majority karena jajaran direksi masih “terafiliasi” alias anak, menantu, teman sma, dll. Hal ini menyebabkan manajemen dengan mudah bahu membahu membantu majority untuk mencari keuntungan lebih dibanding pemilik saham lainnya.
Bagaimana caranya? Dari mulai yang halus sampai yang kasar bisa dilakukan, ada yang masih dalam toleransi hukum (walau tidak untuk moral) sampai melampaui batasan hukum hanya untuk meraup keuntungan lebih dibanding yang lain.
Contohnya (yang saya cermati sebagai investor ritel yang merasa ada pengkebirian hak):
Transfer pricing
Ke perusahaan pribadi (tertutup) di luar negeri(untuk penjualan harga lebih rendah) atau membeli bahan baku dengan harga premium dari perusahaan pribadi untuk mengkerdilkan angka eps dan ujungnya deviden yang kecil bahkan tidak pernah dibagi sama sekali.
Insider information
Mengetahui Corporate action/Pencapaian target lebih dahulu dari pihak manajemen
Cash Out
Dengan mengakuisisi perusahaan tertutup pribadi/terafiliasi dengan harga premium
Janji janji growth
Dengan cara bahu membahu memberikan janji manis ke publik (padahal manajemen sendiri tidak yakin proyeksi itu akan tercapai atau tidak) untuk memuluskan kepentingan mereka(manajemen dan majority). Masih ingat kasus2 Right issue BHIT, BRPT, BNBR semua cerita manis group konglomerat berakhir dengan diakhiri Right Issue Induk perusahaan.
Bahkan keseimbangan di perusahaan BUMN pun sulit untuk terjadi. BUMN dipegang mayoritas oleh pemerintah berkuasa (lewat meneg bumn). Terbuka sekali kemungkinan perusahaan plat merah tersebut untuk bisa dijadikan mesin uang pihak2 yang berkuasa saat itu, jangan ditanyakan bagaimana lagi caranya kalau anda berada disana saya yakin anda tahu bagaimana caranya…
Nasib Investor publik/non mayority memang hanya pasrah terima nasib saja dengan kebaikan hati majority. Atau paling tidak pilihan menjadi lebih sedikit karena investor harus melihat behavior majority di masa lalu. Hal ini mungkin yang menyebabkan investor ritel menjadi skeptis dan terkesan menutup mata untuk mau hold saham secara jangka panjang karena mereka tidak pernah merasa punya hak yang sama secara proporsional dengan pihak manajemen dan majority – ibaratnya sudah kecil dikebiri lagi…
Tetapi tenang ada Ratu Adil dengan julukan Bozz (Mr. market) yang selalu menjaga dirinya melalui tangan2 tidak terlihatnya. Setiap kejatuhan pasar merupakan suatu peringatan dari si Bozz bahwa ad keseimbangan yang telah rusak. Di amerika si Bozz telah mengutuk pelaku2 Subrime Mortgage sehingga ada pemain utama yang bangkrut dan yang lainnya menderita kerugian besar…
Di Indonesia Si Bozz pernah mengutuk (krisis 1997) bank2 lokal yang meminjamkan uang nasabah hanya ke group mereka saja.
Dan sekarang SI BOZZ SUDAH SIAP “MENGUTUK” pemegang saham majority untuk menjadi equal dengan yang lain dengan terpaksa melego saham mayoritasnya karena kasus repo yang kebablasan.
Akhirnya kejatuhan ini akan membuat masa depan yang lebih cerah
Kamis, 11 Juni 2009
BIANG KEROK KRISIS KEUANGAN GLOBAL
Kalau harus dibuat daftar orang yang paling disalahkan sebagai penyebab krisis global
sekarang ini, semua akan sepakat memasukkan nama ini: Joseph J. Cassano. Dialah yang
harus berada di urutan pertama daftar itu. Cassano-lah pencipta apa yang disebut
credit default swaps (CDS) -izinkan saya menerjemahkannya dengan "perlindungan
terhadap kredit gagal bayar", satu istilah yang sebelum terjadi krisis ini masih
sangat langka di Indonesia.
Bahkan, kalau banyak analis mengatakan Eropa-lah yang akan menjadi korban terparah
sebagai dampak krisis ini, kaitannya juga dengan CDS itu. Nama Cassano amat top di
Eropa dalam pengertian yang negatif. Cassano memang orang New York, tapi berkantor di
London, Inggris. Hebatnya, kantor pusatnya di New York sangat bergantung padanya.
Bahkan, ada yang menggambarkan, kantor pusat AIG (American International Group),
perusahaan asuransi terbesar di dunia di New York itu sudah bertekuk lutut pada anak
perusahaannya atau unit usahanya di London yang di bawah komando Cassano ini.
Cassanolah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil
alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir
sama dengan nilai seluruh APBN kita.
Cerita kehebatan Cassano itu kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa
umumnya kelebihan dana. Artinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang
ditaruh di bank-bank Eropa. Orang Eropa memang lebih konservatif. Tidak terlalu
senang spekulasi bermain saham. Ini berarti bank harus membayar bunga deposito kepada
masyarakat terlalu banyak. Maka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk
memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar.
Cassano mengetahui itu. Di sisi lain Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS
lagi kesulitan dana karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage).
Apalagi, tingkat kesenangan masyarakat Amerika Serikat menabung sangatlah kecil.
Orang AS dikenal suka belanja (dan dianggap inilah yang membuat ekonomi AS bergairah)
membuat tingkat tabungan masyarakat AS termasuk yang paling rendah di dunia:
rata-rata hanya 2 persen dari pendapatan. Terlalu banyak orang yang hidupnya
bergantung pada kartu kredit. Artinya, keuangan masyarakat sering defisit per bulan.
Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racun. Apalagi,
jaringan Cassano sangat agresif menggoda mereka. Di satu pihak bank-bank Eropa sangat
ingin menyalurkan kelebihan dananya ke sana karena iming-iming suku bunga yang sangat
menggiurkan. Di lain pihak bank-bank Eropa itu takut lantaran agunan yang diterima
adalah rumah-rumah yang berasal dari sitaan kredit macet. Padahal, harga rumah-rumah
itu sudah jauh lebih rendah daripada nilai kredit yang macet.
Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank
internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modal. Dalam
aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal
yang disimpan di penjaminan. Semakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi
nilai modal penjaminannya. Bank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan
kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat
berat.
Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan
racun dari madu. Bank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano
tanpa harus meneguk racunnya. Yakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut
credit default swaps (CDS) tadi. Bank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada
lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan
seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG.
Dengan resep dari Cassano ini, bank-bank Eropa bisa berkelit dari kewajiban penyetor
modal penjaminan tambahan seperti yang diatur dalam Basel II. Untuk itu bank-bank
Eropa memang harus membayar fee yang besar kepada AIG. Sebagai bandingan, kalau untuk
fasilitas credit equity swaps (CES) fee-nya maksimum hanya 100 basis poin, untuk DCS
ini AIG minta fee sampai 500 basis poin.
Meski harus membayar fee kepada AIG yang sangat besar, bank-bank Eropa merasa aman.
Pertama, bunga yang didapat masih jauh lebih besar. Kedua, kalau toh kredit itu gagal
dibayar balik, AIG-nya Cassano menjamin pembayarannya. Dan, yang penting, meski
bank-bank Eropa memberikan kredit kepada lembaga keuangan yang jaminannya adalah
kredit-kredit gagal bayar seperti yang berasal dari subprime mortgage, itu tidak
dianggap melanggar Basel II.
Mengapa? Karena kredit-kredit gagal bayar itu sudah dimasukkan dalam paket-paket
dengan kemasan bagus. Meski isinya busuk, bungkusnya indah dan menggoda. Apalagi,
yang membungkus itu perusahaan-perusaha an dengan reputasi kelas satu: ratingnya AAA.
Sangat tepercaya. Siapa yang tidak percaya Lehman Brothers dan sebangsanya itu. Semua
ratingnya AAA. Sebuah rating tertinggi.
Di Indonesia perusahaan yang ratingnya AAA tidak banyak (Misalnya, PT HM Sampoerna,
PT Telkom, Bank Danamon, Bank Rakyat Indonesia, dan PT Summit Oto Finance, Red). Jawa
Pos dua tahun lalu ratingnya hanya A- (A minus), dan baru tahun lalu jadi A. Masih
harus bekerja keras lagi untuk bisa menjadi ke A+, lalu AA-, AA, AA+. Entah berapa
puluh tahun lagi bisa jadi AAA. Entah kerja keras seperti apa lagi untuk bisa
mencapai itu.
Bahkan, negara Indonesia, yang tidak pernah gagal bayar utang, yang selalu tumbuh
dengan baik, yang pengelolaan keuangannya dipuji bank dunia, yang meski secara
politik masih sering ribut namun terbukti tetap stabil, hanya diberi rating B. Belum
BB atau BBB. Masih jauh dari rating A, apalagi AA atau AAA.
Padahal, perusahaan-perusaha an yang membungkus jaminan-jaminan gagal bayar itu semua
ratingnya AAA. Yang menjual bungkusan-bungkusan itu, AIG-nya Cassano, ratingnya juga
AAA. Laporan keuangannya menunjukkan kemajuan yang pesatnya bukan main. Labanya juga
selangit. Maka bank-bank Eropa menganggap kredit yang diberikan kepada Lehman
Brothers dan lain-lain itu sangat aman. Karena itu, ketika "membeli"
bungkusan-bungkusan cantik tersebut, bank-bank Eropa tidak diwajibkan menambah modal
penjaminan seperti yang diharuskan Basel II.
Transaksi "bungkusan pepes kosong" CDS itu mencapai USD 562 miliar! Atau sekitar Rp
70.000.000.000. 000.000. Bukan semua uangnya berasal dari bank-bank Eropa, namun
terlalu banyak yang berasal dari Eropa. Itulah sebabnya, dalam pertemuan puncak 20
kepala negara di Washington kemarin, Eropa ingin sekali "menghukum" AS. Yakni, dengan
cara menetapkan persyaratan- persyaratan baru bagi perusahaan keuangan yang ingin
melakukan bisnis keuangan dengan model yang rumit-rumit seperti itu.
Semangat tinggi Eropa untuk menghukum AS dengan sangat keras itulah yang diwaspadai
Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus berkoordinasi dengan tim delegasi
untuk membicarakan soal yang rumit ini: jangan sampai tujuan yang sebenarnya untuk
menghukum AS itu negara seperti Indonesia ikut jadi narapidana.
Presiden harus "berkelahi" dengan caranya sendiri untuk menghindari itu. Sebab, kalau
Indonesia juga harus mengikuti persyaratan baru kelak secara ketat, bisa-bisa
Indonesia -yang tidak tahu apa-apa mengenai penyebab krisis- langsung masuk penjara
dan mati di dalamnya. Inilah salah satu misi presiden yang berhasil dari pertemuan
puncak ini.
Lembaga-lembaga keuangan dunia yang akan melakukan transaksi, kelak, harus memenuhi
lebih dari 50 persyaratan. Mulai transparansi, pengawasan, pengambilan risiko sampai
penegakan aturan, sampai persyaratan ratingnya.
Kelak, kira-kira, kalau semua berhasil dirumuskan, gambarannya begini: ada 50 atau 70
peraturan. Perusahaan keuangan yang akan melakukan bisnis dengan tingkat kerumitan
10, harus memenuhi semua persyaratan itu. Tapi, lembaga keuangan yang hanya melakukan
bisnis dengan tingkat kerumitan 5, hanya perlu memenuhi syarat separo dari yang
ditetapkan itu. Semakin rendah tingkat keruwetan bisnisnya, semakin sedikit
persyaratan yang harus dipenuhi.
Presiden SBY sangat lega karena nada memberlakukan semua persyaratan untuk semua
negara bisa dihindari. Kalau saja, misalnya, Indonesia juga harus memenuhi seluruh
persyaratan itu, semua bank di Indonesia akan langsung tidak bisa berusaha. Padahal,
kondisi bank di Indonesia saat ini sudah sangat prudent. Peruraturan pemerintah untuk
bank di Indonesia juga sudah sangat ketat -terima kasih atas terjadinya krismon 1998
lalu.
Kalau toh masih ada yang harus diatur lebih ketat adalah lembaga-lembaga keuangan
non-bank. Ini pun khusus menyangkut yang kepemilikannya satu grup dengan perusahaan
yang merestrukturisasi keuangan. Sebab, grup-grup usaha di Indonesia juga memiliki
lembaga keuangan nonbank, yang bisa saja menjadi lubang kelemahan. Misalnya, lembaga
keuangannya miliknya sendiri itulah yang diminta mengatur agar harga sahamnya jauh
lebih mahal saat perusahaan itu akan melakukan go public. (*)
sekarang ini, semua akan sepakat memasukkan nama ini: Joseph J. Cassano. Dialah yang
harus berada di urutan pertama daftar itu. Cassano-lah pencipta apa yang disebut
credit default swaps (CDS) -izinkan saya menerjemahkannya dengan "perlindungan
terhadap kredit gagal bayar", satu istilah yang sebelum terjadi krisis ini masih
sangat langka di Indonesia.
Bahkan, kalau banyak analis mengatakan Eropa-lah yang akan menjadi korban terparah
sebagai dampak krisis ini, kaitannya juga dengan CDS itu. Nama Cassano amat top di
Eropa dalam pengertian yang negatif. Cassano memang orang New York, tapi berkantor di
London, Inggris. Hebatnya, kantor pusatnya di New York sangat bergantung padanya.
Bahkan, ada yang menggambarkan, kantor pusat AIG (American International Group),
perusahaan asuransi terbesar di dunia di New York itu sudah bertekuk lutut pada anak
perusahaannya atau unit usahanya di London yang di bawah komando Cassano ini.
Cassanolah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil
alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir
sama dengan nilai seluruh APBN kita.
Cerita kehebatan Cassano itu kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa
umumnya kelebihan dana. Artinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang
ditaruh di bank-bank Eropa. Orang Eropa memang lebih konservatif. Tidak terlalu
senang spekulasi bermain saham. Ini berarti bank harus membayar bunga deposito kepada
masyarakat terlalu banyak. Maka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk
memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar.
Cassano mengetahui itu. Di sisi lain Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS
lagi kesulitan dana karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage).
Apalagi, tingkat kesenangan masyarakat Amerika Serikat menabung sangatlah kecil.
Orang AS dikenal suka belanja (dan dianggap inilah yang membuat ekonomi AS bergairah)
membuat tingkat tabungan masyarakat AS termasuk yang paling rendah di dunia:
rata-rata hanya 2 persen dari pendapatan. Terlalu banyak orang yang hidupnya
bergantung pada kartu kredit. Artinya, keuangan masyarakat sering defisit per bulan.
Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racun. Apalagi,
jaringan Cassano sangat agresif menggoda mereka. Di satu pihak bank-bank Eropa sangat
ingin menyalurkan kelebihan dananya ke sana karena iming-iming suku bunga yang sangat
menggiurkan. Di lain pihak bank-bank Eropa itu takut lantaran agunan yang diterima
adalah rumah-rumah yang berasal dari sitaan kredit macet. Padahal, harga rumah-rumah
itu sudah jauh lebih rendah daripada nilai kredit yang macet.
Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank
internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modal. Dalam
aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal
yang disimpan di penjaminan. Semakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi
nilai modal penjaminannya. Bank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan
kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat
berat.
Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan
racun dari madu. Bank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano
tanpa harus meneguk racunnya. Yakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut
credit default swaps (CDS) tadi. Bank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada
lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan
seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG.
Dengan resep dari Cassano ini, bank-bank Eropa bisa berkelit dari kewajiban penyetor
modal penjaminan tambahan seperti yang diatur dalam Basel II. Untuk itu bank-bank
Eropa memang harus membayar fee yang besar kepada AIG. Sebagai bandingan, kalau untuk
fasilitas credit equity swaps (CES) fee-nya maksimum hanya 100 basis poin, untuk DCS
ini AIG minta fee sampai 500 basis poin.
Meski harus membayar fee kepada AIG yang sangat besar, bank-bank Eropa merasa aman.
Pertama, bunga yang didapat masih jauh lebih besar. Kedua, kalau toh kredit itu gagal
dibayar balik, AIG-nya Cassano menjamin pembayarannya. Dan, yang penting, meski
bank-bank Eropa memberikan kredit kepada lembaga keuangan yang jaminannya adalah
kredit-kredit gagal bayar seperti yang berasal dari subprime mortgage, itu tidak
dianggap melanggar Basel II.
Mengapa? Karena kredit-kredit gagal bayar itu sudah dimasukkan dalam paket-paket
dengan kemasan bagus. Meski isinya busuk, bungkusnya indah dan menggoda. Apalagi,
yang membungkus itu perusahaan-perusaha an dengan reputasi kelas satu: ratingnya AAA.
Sangat tepercaya. Siapa yang tidak percaya Lehman Brothers dan sebangsanya itu. Semua
ratingnya AAA. Sebuah rating tertinggi.
Di Indonesia perusahaan yang ratingnya AAA tidak banyak (Misalnya, PT HM Sampoerna,
PT Telkom, Bank Danamon, Bank Rakyat Indonesia, dan PT Summit Oto Finance, Red). Jawa
Pos dua tahun lalu ratingnya hanya A- (A minus), dan baru tahun lalu jadi A. Masih
harus bekerja keras lagi untuk bisa menjadi ke A+, lalu AA-, AA, AA+. Entah berapa
puluh tahun lagi bisa jadi AAA. Entah kerja keras seperti apa lagi untuk bisa
mencapai itu.
Bahkan, negara Indonesia, yang tidak pernah gagal bayar utang, yang selalu tumbuh
dengan baik, yang pengelolaan keuangannya dipuji bank dunia, yang meski secara
politik masih sering ribut namun terbukti tetap stabil, hanya diberi rating B. Belum
BB atau BBB. Masih jauh dari rating A, apalagi AA atau AAA.
Padahal, perusahaan-perusaha an yang membungkus jaminan-jaminan gagal bayar itu semua
ratingnya AAA. Yang menjual bungkusan-bungkusan itu, AIG-nya Cassano, ratingnya juga
AAA. Laporan keuangannya menunjukkan kemajuan yang pesatnya bukan main. Labanya juga
selangit. Maka bank-bank Eropa menganggap kredit yang diberikan kepada Lehman
Brothers dan lain-lain itu sangat aman. Karena itu, ketika "membeli"
bungkusan-bungkusan cantik tersebut, bank-bank Eropa tidak diwajibkan menambah modal
penjaminan seperti yang diharuskan Basel II.
Transaksi "bungkusan pepes kosong" CDS itu mencapai USD 562 miliar! Atau sekitar Rp
70.000.000.000. 000.000. Bukan semua uangnya berasal dari bank-bank Eropa, namun
terlalu banyak yang berasal dari Eropa. Itulah sebabnya, dalam pertemuan puncak 20
kepala negara di Washington kemarin, Eropa ingin sekali "menghukum" AS. Yakni, dengan
cara menetapkan persyaratan- persyaratan baru bagi perusahaan keuangan yang ingin
melakukan bisnis keuangan dengan model yang rumit-rumit seperti itu.
Semangat tinggi Eropa untuk menghukum AS dengan sangat keras itulah yang diwaspadai
Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus berkoordinasi dengan tim delegasi
untuk membicarakan soal yang rumit ini: jangan sampai tujuan yang sebenarnya untuk
menghukum AS itu negara seperti Indonesia ikut jadi narapidana.
Presiden harus "berkelahi" dengan caranya sendiri untuk menghindari itu. Sebab, kalau
Indonesia juga harus mengikuti persyaratan baru kelak secara ketat, bisa-bisa
Indonesia -yang tidak tahu apa-apa mengenai penyebab krisis- langsung masuk penjara
dan mati di dalamnya. Inilah salah satu misi presiden yang berhasil dari pertemuan
puncak ini.
Lembaga-lembaga keuangan dunia yang akan melakukan transaksi, kelak, harus memenuhi
lebih dari 50 persyaratan. Mulai transparansi, pengawasan, pengambilan risiko sampai
penegakan aturan, sampai persyaratan ratingnya.
Kelak, kira-kira, kalau semua berhasil dirumuskan, gambarannya begini: ada 50 atau 70
peraturan. Perusahaan keuangan yang akan melakukan bisnis dengan tingkat kerumitan
10, harus memenuhi semua persyaratan itu. Tapi, lembaga keuangan yang hanya melakukan
bisnis dengan tingkat kerumitan 5, hanya perlu memenuhi syarat separo dari yang
ditetapkan itu. Semakin rendah tingkat keruwetan bisnisnya, semakin sedikit
persyaratan yang harus dipenuhi.
Presiden SBY sangat lega karena nada memberlakukan semua persyaratan untuk semua
negara bisa dihindari. Kalau saja, misalnya, Indonesia juga harus memenuhi seluruh
persyaratan itu, semua bank di Indonesia akan langsung tidak bisa berusaha. Padahal,
kondisi bank di Indonesia saat ini sudah sangat prudent. Peruraturan pemerintah untuk
bank di Indonesia juga sudah sangat ketat -terima kasih atas terjadinya krismon 1998
lalu.
Kalau toh masih ada yang harus diatur lebih ketat adalah lembaga-lembaga keuangan
non-bank. Ini pun khusus menyangkut yang kepemilikannya satu grup dengan perusahaan
yang merestrukturisasi keuangan. Sebab, grup-grup usaha di Indonesia juga memiliki
lembaga keuangan nonbank, yang bisa saja menjadi lubang kelemahan. Misalnya, lembaga
keuangannya miliknya sendiri itulah yang diminta mengatur agar harga sahamnya jauh
lebih mahal saat perusahaan itu akan melakukan go public. (*)
ANALOGI FENOMENA GELOMBANG CINTA DGN BURSA SAHAM
Ketika artikel ini ditulis, bursa tanaman bernama “Gelombang Cinta” atau Wave of Love sedang mengalami permintaan yang besar. Bahkan beberapa analis tanaman menyatakan harga akan naik karena ada beberapa variasi baru yang akan membantu menjaga kestabilan harganya. Pergerakan harga tanaman ini benar-benar menarik, mengingat sebelumnya harganya tidak ‘segila’ saat ini.
Dalam bursa saham, fenomena itu sebenarnya biasa terjadi pada saham-saham ‘gorengan’. Saham suatu perusahaan bisa naik secara signifikan padahal tidak ada isu fundamental yang relevan, namun lebih banyak karena panic buying atau naik karena persepsi investor. Biasanya, setelah pergerakan kenaikan harga kehilangan momentumnya, harga akan merosot sama dengan sebelumnya. Jika diminta menganalogikan pergerakan harganya, saya kira roller coaster adalah contoh yang sangat baik untuk menunjukkan bahwa harga saham bisa naik dengan cepat dan turun dengan cepat juga. Pastilah akan menguras energi investor karena jantungnya berdetak keras di atas rata-rata.
Perubahan harga senantiasa terjadi karena adanya permintaan (pihak yang ingin membeli) dan penawaran (pihak yang ingin menjual). Harga terbentuk dari ‘peperangan’ antara pihak yang menganggap harga sudah terlalu mahal (penjual) dan pihak yang menganggap harga masih murah (pembeli). Begitulah harga terbentuk, sehingga harga mencerminkan ekspektasi pasar, optimisme/pesimisme pasar, dan juga mencerminkan emosi pasar. Semakin banyak yang ingin membeli pastilah harga akan naik, namun jika semakin banyak yang menjual maka harga akan turun. Seandainya ada pihak formal yang mendokumentasikan harga pasar hariannya, saya akan mendaftarkan diri untuk menganalisis grafik dari pergerakan harga tanaman gelombang cinta ini. Sehingga dengan data tersebut kita bisa menganalisis pergerakan harga (tanaman gelombang cinta). Di bursa saham (juga bursa komoditas) analisis ini dikenal dengan nama analisis teknikal.
Dalam hal pembentukan harga, ada pihak-pihak yang sangat kuat dalam membentuk persepsi pasar, antara lain pendapat ahli, riset terbaru, atau mungkin juga konspirasi para bandar (orang yang memiliki dana besar). Benarkah harga pasar tanaman gelombang cinta naik karena permintaan yang riil atau hanya permintaan semu.
Jika memang nilai tanaman naik karena adanya temuan baru yang menunjukkan adanya manfaat ekonomi yang belum diketahui sebelumnya, maka menurut saya, akan terjadi peningkatan nilai intrinsik dari gelombang cinta. Nilai intrinsik inilah yang akan membuat nilai tanaman gelombang cinta akan tetap stabil dalam jangka panjang.
Sedangkan yang dimaksud permintaan semu adalah permintaan harga yang dibuat oleh pihak tertentu atau hanya karena spekulasi pasar. Banyak pebisnis baru tanaman gelombang cinta yang hanya tertarik untuk buy low sell high atau buy high sell higher. Ibarat bola yang dilempar ke atas ada satu titik balik dimana bola tersebut kehilangan momentumnya dan jatuh ke tanah. Mungkinkah itu terjadi pada gelombang cinta?
Kemungkinan kejadian lainnya adalah terjadinya corner. Dalam praktek di bursa saham, pihak-pihak yang ingin memainkan harga (biasanya disebut sebagai Bandar) berusaha untuk menguasai suatu saham (missal saham gelombang cinta) yang ada di pasar, kemudian mereka ‘menghembuskan’ rumor bahwa harga saham gelombang cinta akan ‘ditarik’ sampai dengan nilai tertentu. Ketika beberapa orang ingin membelinya, peredaran saham di pasar sudah langka, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan dan harga akan naik ‘setinggi langit’. Mungkinkah corner ini terjadi pada tanaman gelombang cinta?
Anggap saja ilustrasi berikut ini adalah imajinasi saya, Anda boleh percaya atau tidak percaya. Ceritanya adalah sebagai berikut:
Para Bandar tanaman sedang makan siang bersama. Pada kesempatan itu mereka berdiskusi untuk menentukan apa harga tanaman yang akan mereka ‘mainkan’. Akhirnya mereka memilih gelombang cinta. Lalu bagaimana caranya? Tanya salah satu Bandar tersebut. Bandar yang palingg senior menyampaikan bahwa mereka membentuk konsorsium untuk ‘menghabisi’ tanaman gelombang cinta yang ada di pasar dengan harga yang masih murah, akibatnya tanaman itu tanaman itu tidak banyak beredar di pasar alias langka. Setelah mereka meyakini adanya kelangkaan itu, maka melalui konspirasi ini mereka membuat rumor atau ‘permintaan semu’. Beberapa orang yang ‘panic buying’ berusaha untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk memburu tanaman tersebut. Secara perlahan, para Bandar melepas sedikit demi sedikit tanaman gelombang cinta dengan harga yang jauh di atas harga beli mereka.
Apakah nantinya harga tanaman ini akan tetap stabil diharga yang tinggi? Mari kita tunggu bersama-sama apakah ini benar-benar seperti saham ‘gorengan’ atau saham blue chip.
Dalam bursa saham, fenomena itu sebenarnya biasa terjadi pada saham-saham ‘gorengan’. Saham suatu perusahaan bisa naik secara signifikan padahal tidak ada isu fundamental yang relevan, namun lebih banyak karena panic buying atau naik karena persepsi investor. Biasanya, setelah pergerakan kenaikan harga kehilangan momentumnya, harga akan merosot sama dengan sebelumnya. Jika diminta menganalogikan pergerakan harganya, saya kira roller coaster adalah contoh yang sangat baik untuk menunjukkan bahwa harga saham bisa naik dengan cepat dan turun dengan cepat juga. Pastilah akan menguras energi investor karena jantungnya berdetak keras di atas rata-rata.
Perubahan harga senantiasa terjadi karena adanya permintaan (pihak yang ingin membeli) dan penawaran (pihak yang ingin menjual). Harga terbentuk dari ‘peperangan’ antara pihak yang menganggap harga sudah terlalu mahal (penjual) dan pihak yang menganggap harga masih murah (pembeli). Begitulah harga terbentuk, sehingga harga mencerminkan ekspektasi pasar, optimisme/pesimisme pasar, dan juga mencerminkan emosi pasar. Semakin banyak yang ingin membeli pastilah harga akan naik, namun jika semakin banyak yang menjual maka harga akan turun. Seandainya ada pihak formal yang mendokumentasikan harga pasar hariannya, saya akan mendaftarkan diri untuk menganalisis grafik dari pergerakan harga tanaman gelombang cinta ini. Sehingga dengan data tersebut kita bisa menganalisis pergerakan harga (tanaman gelombang cinta). Di bursa saham (juga bursa komoditas) analisis ini dikenal dengan nama analisis teknikal.
Dalam hal pembentukan harga, ada pihak-pihak yang sangat kuat dalam membentuk persepsi pasar, antara lain pendapat ahli, riset terbaru, atau mungkin juga konspirasi para bandar (orang yang memiliki dana besar). Benarkah harga pasar tanaman gelombang cinta naik karena permintaan yang riil atau hanya permintaan semu.
Jika memang nilai tanaman naik karena adanya temuan baru yang menunjukkan adanya manfaat ekonomi yang belum diketahui sebelumnya, maka menurut saya, akan terjadi peningkatan nilai intrinsik dari gelombang cinta. Nilai intrinsik inilah yang akan membuat nilai tanaman gelombang cinta akan tetap stabil dalam jangka panjang.
Sedangkan yang dimaksud permintaan semu adalah permintaan harga yang dibuat oleh pihak tertentu atau hanya karena spekulasi pasar. Banyak pebisnis baru tanaman gelombang cinta yang hanya tertarik untuk buy low sell high atau buy high sell higher. Ibarat bola yang dilempar ke atas ada satu titik balik dimana bola tersebut kehilangan momentumnya dan jatuh ke tanah. Mungkinkah itu terjadi pada gelombang cinta?
Kemungkinan kejadian lainnya adalah terjadinya corner. Dalam praktek di bursa saham, pihak-pihak yang ingin memainkan harga (biasanya disebut sebagai Bandar) berusaha untuk menguasai suatu saham (missal saham gelombang cinta) yang ada di pasar, kemudian mereka ‘menghembuskan’ rumor bahwa harga saham gelombang cinta akan ‘ditarik’ sampai dengan nilai tertentu. Ketika beberapa orang ingin membelinya, peredaran saham di pasar sudah langka, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan dan harga akan naik ‘setinggi langit’. Mungkinkah corner ini terjadi pada tanaman gelombang cinta?
Anggap saja ilustrasi berikut ini adalah imajinasi saya, Anda boleh percaya atau tidak percaya. Ceritanya adalah sebagai berikut:
Para Bandar tanaman sedang makan siang bersama. Pada kesempatan itu mereka berdiskusi untuk menentukan apa harga tanaman yang akan mereka ‘mainkan’. Akhirnya mereka memilih gelombang cinta. Lalu bagaimana caranya? Tanya salah satu Bandar tersebut. Bandar yang palingg senior menyampaikan bahwa mereka membentuk konsorsium untuk ‘menghabisi’ tanaman gelombang cinta yang ada di pasar dengan harga yang masih murah, akibatnya tanaman itu tanaman itu tidak banyak beredar di pasar alias langka. Setelah mereka meyakini adanya kelangkaan itu, maka melalui konspirasi ini mereka membuat rumor atau ‘permintaan semu’. Beberapa orang yang ‘panic buying’ berusaha untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk memburu tanaman tersebut. Secara perlahan, para Bandar melepas sedikit demi sedikit tanaman gelombang cinta dengan harga yang jauh di atas harga beli mereka.
Apakah nantinya harga tanaman ini akan tetap stabil diharga yang tinggi? Mari kita tunggu bersama-sama apakah ini benar-benar seperti saham ‘gorengan’ atau saham blue chip.
Rabu, 10 Juni 2009
APA SIH KAPITALISME ITU...
DASAR DASAR KAPITALISME I
Saya lihat cukup banyak yang ingin teu tentang kapitalisme. Banyak yang sama sekali tidak punya gambaran dan ber-tanya2 kenapa saham naik turun, ngapain juwal beli BUMN, bukankah riba haram?, ngapain pemerintah refot2 membailout?, mbok wîs dibiarken saja kenapa?, apa bedanya PT, CV, dan Tbk?, kenapa bursa modal modar?
Saya akan coba beriken gambaran sangat sangat sederhana tentang kapitalisme sedemikian rupa sehingga yang semula tak tahu apa2 bisa mengikuti perbincangan. Jangan sampai pula berkomentar yang membuatnya ketahuan bahwa ia tak tahu apa2. angka2 yang saya pakai adalah angka2 fiktif yang sifatnya dramatisasi agar mudah dicerna. Uraian ini jelas tidak memadai. Orang harus menambah sendiri apa yang ingin diketahui.
Dasar2 kapitalisme adalah antara lain.1. Keserakahan itu baik.
2. Saling mempercayai dalam persekutuan beberapa pihak
3. Kemitraan sama2 untung.
Tahap I, Entrepreneur Tradisional
Yang disebut entrepreneur tradisional ialah orang2 yang memakai modal sendiri untuk cari untung. Modal tidak harus uang, bisa apa saja seperti wajah cantik dan bodi aduhai Maria Ozaru adalah kapitalis modal sendiri. Ada pula yang menjajaken modalnya tidak di Wall Street tetapi di Sarkem Street.
Sarkem = PaSAR KEMbang
Seorang E(ntreprenueur) atau B(usinessman) memliki modal 1000. Misalnya dalam setahun mendapat laba 400.
Tahap II, Pelipatgandaan melalui Kemitraan.
Timbulah keserakahan dalam diri E. Jika modal 200 dan yang 800 adalah hutang dari K(reditor) dengan riba 5% maka ia menghasilken laba 400 dikurangi bunga 5%x800 = 400-40 = 360. Karena uangnya 1000, ia bisa buka lima cabang sehingga laba berlipat menjadi 5x360=1800.Tanpa kerja sama dengan K, laba E hanyalah 400. Dengan kerjasama labanya berlipat menjadi 1,800.
Semangkin besar suatu bisnis semangkin efisien yang beratri laba semangkin besar. Untuk itu ia mengundang I(nvestor) kongsian. Ia mampu membuka sekaligus 10 hotel, bukan lima. Maka terjadilah trio E+I+K. Kataken saja laba E belipat dari 1,800 menjadi 2,500. Mula2 ia sorangan wae sebagai E tradisional menghasilken laba 400, lantas 1,800, lantas 2,500. Selesai? Belum!
Tahap III, size does a matter.Selain ukuran besar membuat lebih efisien, ukuran besar adalah untuk nginjek2 lawan2nya.
Dari laba 2500 yang 1,250 distor ke kantor pajak sisa 1,250. E ambil 250 untuk keperluan dia dan mbagusi. Sisanya ditanamken lagi sehingga perusahaan semangkin besar. maka modalnya menjadi 2000 dan kataken saja laba menjadi 5000. Laba2 ini terus menerus ditanamken sehingga perusahaannya membengkak menjadi sangat besar.
Dari ketiga kongsi itu yang paling besar keuntungannya adalah pihak keempat yaitu N(EGARA). Jika E laba 2,500 maka ia dikenaken pajak persero kataken saja 30%x2500 = 750. Maka laba sisa E adalah 2500-750=1750. Yang 250 ia ambil untuk keperluan pribadi. Waktu mengambil E kena pajak dividen kataken saja 30%x250= 75.
Negara yang paling untung
Uang sisa laba yang 1500 jika semua ditarik sebagai dividen untuk poya2 maka 30% atau 450 akan diembat kantor pajak. Jika diinvestasiken lagi baik keperusahaan yang ada maupun baru, negara tidak akan memajaki. Dengan kata lain, negara MEMAKSA E untuk terus menerus berinvestasi melalui kebijakan pajak berganda. Apa tujuannya? Semangkin besar laba E karena penggelembungan modal, semangkin besar pula laba yang bisa diembat negara. Selain itu, menciptaken lapangan kerja.
Itulah dasar2 kapitalisme : keserakahan, pelipat gandaan, kemitraan, hubungan saling menguntungken, dan ukuran. Pihak yang paling diuntungken tentu saja dalam hal ini adalah negara. Banyak yang tak paham bahwa belanja2 negara (gaji PNS, subsidi, infrastruktur, dll) berasal dari pajak. Banyak yang tak paham bahwa perusahaan2 adalah kekayaan negara. Jika perusahaan2 memble, negara ikut memble.
DASAR DASAR KAPITALISME II
Berikut adalah penjelasan bahwa N(egara) memiliki sebagian saham pada semua perusahaan. N adalah pemegang saham bayangan = pemegang saham gelap.Jika E1 laba 2,500a ada beberapa skenario, simak baik2. Pertama laba itu kena pajak persero 30% =750. Sisanya 1750.Skenario I : dibagikan semua sebagai dividen. Maka uang 1750 kena pajak dividen 30% = 525. Negara mendapat pemasukan 750+525=1275.Skenario II : diambil 250 dan sisanya diinvestasiken lagi. Negara mendapat pajak dividen 250x30% = 75. Sisanya 1500 diinvestasiken lagi. Maka modal E1 = modal lama + modal baru = 1000+1500=2500.Skenario III : ditengah jalan E memutusken untuk pangsiun dan sahamnya dijuwal kepada E2 sebesar 2500. Ketika akad juwal beli, maka E kena pajak capital gain yang besarnya 30%x(modal akir-modal awal) = 30%x(2500-1000) = 450. Setelah sekian puluh tahun giliran E2 juwal. Kataken saja modal telah menjadi sejuta. Maka E2 harus mbayar pajak capital gain 30%x(1,000,000-250) = hampir 300,000.Apa artinya? Artinya N seolah memiliki saham! Ketika E1 membukukan bagian laba 1500 sebagai tambahan modal, sebenarnya uang 1500 milik E1 dan N dengan proporsi N memiliki sebesar pajak dividen = 30%x1500=450 dan E1 memiliki sisanya ialah 1500-450 = 1,050. Ketika E1 juwal sahamnya, N mendapatken bagiannya yaitu 450.Ketika E2 menjadi pemegang saham baru dengan modal awal senilai 2500, pada detik itu juga N menjadi pemegang saham bayangan sebesar 30%x2500=750 dan E2 1750. setelah sekian tahun saham E+N yang semula 750+1750 dijuwal sejuta maka ‘saham’ N menjadi hampir 300,000 dan E2 menjadi 700,000an.Demikianlah maka N adalah pemegang saham bayangan gabungan seluruh perusahaan. Jika perusahaan2 bertumbuh kembang dengan baik maka kekayaan negara ikut berkembang. Jika ada yang berkembang ada yang memble maka tinggal yang berkembang dengan yang memble besar mana. Jika positip maka negara baik2 saja. Jika secara serempak semua perusahaan melorot otomatis sang pemegang saham bayangan ikut panting pontang.Maka terjawab sudah pertanyaan kenapa negara ikut panting pontang. Ngapain refot2, toh itu milik orang. Biarin aja bangkrut. Apalagi banyak perusahaan2 asing. Biar tahu rasa! Ini adalah pendapat lugu.Dampak dari krisis sekarang adalah akan terjadi resesi. Kalo itu terjadi, pajak persero akan turun dan otomatis pajak dividen manurun pulak. Pajak kapital gain jelas2 mrongos karena lebih banyak yang menderita capital loss. Jika loss negara ndak dapet apa2. Yang terakir, kekayaan negara ikut2an merosot.Maka bertambahlah pemahaman kita tentang kapitalisme yaitu kemitraan N+E+I+K, keserakahan, sama2 untung, kepercayaan, investasi terus menerus, ukuran raksasa, dan yang baru kita bahas : PAJAK BERGANDA. Yang memungkinken negara menjadi pemegang saham gelap.Struktur atau piramida ekonomi kapitalis berbentuk sawah-subak dimana sawah bagian atas dimiliki E+I+K dan N selain sebagai mitra dari kwartet N+E+I+K juga berfungsi sebagai pengatur aliran air agar mengalir samai kebawah (rakyat). Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, jika E+I+K bermangsalah maka sawah2 dibawahnya dan terutama yang paling bawah (rakyat) akan paling samsara. Jika E+I+K bagus maka sawah2 akan ijo royo2 dan membawa sejahtera bagi semua.
Dua ciri khas kapitalisme yang akan kita bicaraken adalah tentang trust dan pasar saham/uang. Kita akan bicaraken TRUST dolo. Ada plesetan, uang2 USA ada tulisan : in god we trust diplesetken menjadi in debt we trust
Trust bagi K adalah identik dengan JAMINAN bahwa hartanya tidak akan amblaz.
DASAR DASAR KAPITALISME III
Salah satu ciri khas dalam kapitalisme adalah UTANG, baik untuk investasi bagi E+I atau konsumerisme bagi semua orang. Berikut adalah ilustrasiE (dan I) membeli sebuah rumah seharga 1000 dengan ngutang B(ank) (wakil K) 800 dalam 3 bulan. B kemudian memeriksa apakah layak diutangi. Ternyata layak karena pasaran rumah itu 1100-1200. Maka B ngutangi dengan sertipikat sebagai jaminan. Bagi K yang namanya trust adalah JAMINAN. No trust (=jaminan) no business.E kemudian suskes menjuwal dan laba lantas membayar utang. E kemudian beli lagi dan utang lagi. Demikian terus menerus utaang diperpanjang terus menerus selama bisnis lancar2 saja. Maka munculah interdependensi E+I dengan K (via B) dan menjadi kemitraan abadi E+I+K. Dalam kerajaan kapitalisme E+I wajib utang dan utang banyak is good. Debt is good mengiringi greed is good. Tuhan dalam kata2 in god we trust telah diganti menjadi in GREED we trust.
Demikianpun in DEBT we trust
Greed is good menghasilken investasi terus menerus yang menyebabken ukuran2 perusahaan membengkak jadi besar sekali. Demikianpun utang yang mengalir ikut2an membengkak. USA sebagai biang kapitalisme utangnya naudzubilah.
Maka dalam kerajaan kapitalisme ada dua kaset rusak sahut menyaut
Investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, ...
Utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang,
Tradisi utang tidak hanya pada E+I. Dalam keserakahannya E+I berupaya untuk membujuk masyarakat luas membeli produk2/jasa2 mereka. Kapitalis jadul adalah memeras buruh. Kapitalis jaman sekarang membayar buruh2nya dengan baik tetapi memoroti penghasilannya dengan KONSUMERISME. Orang2 dibujuk beli beli yang ndak bener2 dibutuhken. Maka kaset ketigapun berbunyi : beli, beli, beli, beli, beli, beli, beli, beli,
K si tukang kredit bersekongkol dengan E+I menawarken kartu kredit
Berikut uraian bagi yang sama sekali buta tentang bailout atau semacem BLBI. Suatu hari harga perumahan jatuh. E hanya bisa menjuwal rumah seharga 300. Akibatnya modalnya amblaz dan harus ngemplang 800-500. Jika hanya beberapa yang ngemplang tidak jadi mangsalah. Ketika banyak E terpaksa ngemplang maka B akan kehabisan dana. Jika dana habis K tidak bisa mengambil dananya. Akibatnya K akan panik. K yang nitipken duitnya disektor2 lain ikut2an tatut dan mau menarik dananya. Trust, pondasi kapitalisme, akan tumbang. Dalam kapitalisme ada semacem perjanjian bahwa K tidak boleh rugi / dikemplang.
Secara metaphor posisi K dalam subak adalah dipaling atas. Kalo mereka panik dan menutup air maka lapis dibawahnya yaitu E+I akan mengering. Kalo mengering, maka lapisan2 dibawahnya akan dilanda kekeringan. Untuk itu N sang juru irigasi sekaligus pemilik saham2 E+I harus bertindak agar jangan sampai K menutup airnya.
Caranya adalah memberi utangan kepada E sebesar 800. Oleh E uang dikembaliken ke B dan B bisa membayar K. Maka utang E beralih dari ke B menjadi ke N. Dalam beberapa bulan kedepan E harus menjuwal rumah itu, kalo bisa mendekati harga 800. Agar bisa menjuwal N juga ngutangi dana2 operasional. Itulah yang disebut ‘bantuan likuiditas’ atau bail out. Jika E hanya bisa menjuwal 500, maka N yang menanggung rugi.
Jika E+I keadaannya sudah parah maka bantuan likuiditas itu diberiken langsung ke bank2. Agar mereka bisa membayar kepada K. B berikut bangkai2 harta E+I seterusnya menjadi milik N. Dalam kasus RI, bank2 dengan bangkainya masuk ke BPPN.
Itu tidak cukup, N memberiken jaminan kepada K agar mereka ndak panik. Itu yang dibutuhken K, trust = jaminan. No trust no business.
Kesimpulan untuk sesi ini
Investasi sebanyaknya, utang sebanyaknya dan belanja sebanyaknya
DASAR DASAR KAPITALISME IV
Bagi awam debt free atau bebas (cicilan) utang (kpr, kredit mobil, kartu kredit, dst) adalah impian.
E+I terbalik. Selama hidupnya akan selalu utang, utang, dan utang. Kalo usaha jalan baik utang mbalah semangkin membengkak tak ada akirnya sampai ke anak cucu diwarisi utang tak berkeputusan. Bagi mereka debt is good
Keliru berpendapat kalo K adalah pihak yang pasip nunggu2 orang2 mintak2 utang. K sama agresipnya dengan E+I, mereka mengejar2 E+I serta masyarakat umum agar utang.
Syahadat kapitalisme bukanlah “kepada tuhan ku beriman dan kepada nabi kuberiman” tetapi “kepada keserakahan kuberiman dan kepada utang kuberiman” In greed we trust and in debt we trust. Utang adalah identik dengan riba. Maka kapitalisme adalah oposisi dari agama bahwa serakah dan riba adalah dosa.
Sebagian besar benda2 disekitar kita adalah buah karya orang2 serakah. Suka atau tidak, bukti2 berlimpah bahwa riba dan serakah lebih banyak membawa berkah daripada bencana. Tentu saja tidak bisa sempurna. Ada juga yang berdampak negatip. Sebagai contoh obat2an, yang sakit sembuh, yang buta bisa melihat, yang mandul punya anak, yang lumpuh bisa jalan, yang bisu bisa komunikasi, dst. Siapa yang menghasilken obat2an? Jawab : E+I+K = greed + debt = keserakahan + utang
“kepada keserakahan kuberiman dan kepada utang kuberiman”
Tidak selalu keserakahan dan utang selalu positip. Maka ada keserakahan baik/buruk ada good/bad debt. Greed dan debt harus dikendaliken. Siapa yang mengendaliken dan bagaimana? N bertanggung jawab untuk mengendaliken keserakahan dan utang agar dampak positipnya jauh lebih besar dari negatip. Sekarang kita bicaraken caranya. Agar mudah dipahami, angka2nya saya buat ekstrim.
Ketika bunga murah, kataken saja 8%, maka laba E+I bagus dan punya dana berinvestasi. Demikianpun konsumen terdorong untuk belanja karena dibujuki E+I+K agar ketularan serakah. Orangpun membeli barang2 melebihi kebutuhan. Ada yang punya HP 5, sepatu selosin, dasi 3 losin, dst. N dengan menyimak indikator2 ekonomi bisa saja menilai bahwa situasi sudah over investasi, over debt, over serakah, over inflasi, over konsmsi, dst. Jika N memutusken untuk mengerem laju keserakahan maka ia ngiming2i K utang kepada mereka dengan riba tinggi kataken saja 20%.
K lantas memberitahu E+I bahwa utang tidak diperpanjang karena mau dideposito ke N. E+I terpaksa setuju bahwa bunga kepada K naik 20%. Dengan bunga segitu investasi tak menarik karena labanya kecil. I ndak mau kongsian dengan E pada investasi2 baru. Mending titipin ke N wae. Tanpa I+K, E mati kutu. Tiga serangkai E+I+K adalah mitra sehidup semati. Demikianpun konsumen akan berat untuk belanja. Maka dampak keseluruhan adalah laju keserakahan tercekik. Dampak negatipnya adalah aliran kebawah dalam sisitim sawah-subak akan terhambat. Sawah2 bawah (=rakyat) akan kering.
N kemudian meninjau tingkat bunga. Jika dirasa terlalu mencekek ia akan mengendorken dan keserakahan dipacu. Jika dirasa kebablasen, direm lagi. Kisah krisi moneter 1997/8 adalah salah satunya akibat dari over investment dan over debt. Yang sekarang terjadi di USA juga itu. Terjadi over investment di sektor properti dan orang2 serakah inves + ngutangi disitu. Konsumenpun dikadali supaya beli beli beli. Akibatnya harga naik dan ujung2nya konsumen ndak kuat nyicil. Pada gilirannya harga properti jatuh dan akibatnya E+I ngemplang. Maka kesalahan tak semata ditimpaken ke E+I+K tetapi juga N dan konsumen.
Selain dengan menaik/turunken riba N juga bisa menaik turunken uang beredar. N bisa menyedot uang beredar untuk menghambat greed+debt bisa pula menggelontor dengan uang untuk memacu serakah dan utang. Metode riba dan peredaran uang adalah kebijakan moneter. Otoritasnya adalah bank sentral. Di RI namanya BI dan di USA namanya the Fed = Federal Reserve = tandon (uang) Federal. Tandon ini bisa dari nyetak uang atau utang (lagi).
Terkadang riba rendah tak cukup kuat memicu keserakahan E+I maka ada lagi kebijaksanaan fiskal yaitu memainken tingkat pajak. Jika pajak tinggi maka keserakahan terkendala karena laba jadi ecek2. biarpun N mendapat pemasukan besar dengan menaikken pajak E+I yang tak termotivasi untuk investasi membuat sawah2 dibawahnya mengering. Resiko kedua E+I melariken dananya ke negara2 yang lebih ramah.
Singkatnya keserakahan dan utang, walaupun tidak selalu sukses, bisa dikendaliken. Untuk itu kita musti kritis keserakahan yang mana yang baik/buruk dan good/bad debt. Akirnya, kepada siapa kita percaya?
Biarpun mengandung tahayul, kapitalisme memiliki bukti berlimpah dampak positip, dan negatipnya.
RASIO UTANG-MODAL
Kapitalisme adalah seni meracik proporsi utang-modal. Utang kekecilan salah, kegedean salah. Memang ada aturan rasio utang-modal tetapi secara umum kapitalisme adalah, kalo bisa, maksimisasi utang dan/atau minimalisasi modal = maximin. Berikut variasi rasio modal-utang.1. Kapitalisme Tradisional.Kapitalisme tradisional adalah membesarkan modal sendiri tanpa k(utang)
Modal besar tanpa k(utang)
2. Modal Kecil (K)utang kecil
3. Utang kekecilanBanyak terjadi dipapan bawah yaitu pengusaha2 kecil tradisional. Mereka tidak bankable, tidak dipercaya K. No trust no business. Akibatnya sulit berkembang. Kalopun berkembang lambat sekali. Contoh2 (k)utang kekecilan.
4. Utang besar modal kecil.Modus operandi ini dolo dipakai oleh konglomerat hitam dan menyebabken ganjing gonjang tahun 1997-8. Ratio seperti ini sangat rawan. Contoh modal yang lebih kecil dari (k)utang
Ini adalah (k)kutang lebih besar dari modal
5. Utang besar sekaliSangat mengeriken kalau mencapai ukuran mega (k)utang
5. Modal besarPertama yang dilihat oleh kreditor adalah modal dolo dan K menyukai modal2 besar seperti dibawah ini.
Sebagian yang baca postingan ini memiliki karakter kreditor, yang dilihat pertama kali adalah modalnya dolo.
6. Modal dan k(utang) proporsionalSelain proporsional, yang transparan mudah dilihat berapa modalnya berapa( k)utangnya
7. Prinsip transparansi.Dalam kapitalisme ada prinsip transparansi, utangnya berapa modalnya berapa harus transparan. Model brukut seperti dibawah ini, ndak diterima. Biarpun pakek merek burberry. K mau lihat modal dan (k)utang. Kalo ndak bisa lihat : no trust. No trust is no business.
DASAR DASAR KAPITALISME V
Maka, keserakahan yang baik/buruk adalah bagaimana caranya. Tamak dengan jalan mencuri, menipu, merampok, menyuap, korupsi, dll, adalah bad greed. Jika dilakuken dengan kerja keras, jujur, putar otak, dst, itu good greed. Demikianpun halnya dengan riba, jika dampaknya positip itu good debt, jika negatip itu jahat. KPR adalah salah satu good debt. Jangan takut untuk debt sepanjang bisa mengelola dengan baik. Secara umum, bisalah kita adopsi filsafat pragmatisme. Sesuatu itu (greed and debt) baik atau buruk tergantung dampaknya. Jika memang positip, why not. Janganlah membabi buta mengikuti tahayul tanpa berfikir. Jika begitu maka greed is good dan debt is good, too.Kita lanjutken :Dalam masyarakat kapitalis selalu ada pasar modal bagi E+I dan pasar uang bagi K. Keitika E membutuhken I, ia bisa membentuk PT atau perseroan terbatas dengan I terbatas. Jika skala besar PT sudah tidak mencukupi maka E ke pasar modal membentuk perusahaan Tbk (terbuka). Disitu diperdagangken saham2. Harga saham bukanlah harga perusahaan tsb tetapi merupakan harga ekspektasi dari unjuk kerja perusahaan dimasa depan. Misalnya harga saham suatu hotel akan jatuh begitu diketahui depan hotel menjadi markas FPI. Karena orang memperkiraken tamu2 akan menurun, tatut FPI. Jika suatu perusahaan memenangken suatu tender besar, belum lagi letter of intent ditandatangani harga saham tsb sudah naik.Kadang2 harga saham tak ada sangkut pautnya dengan nilai perusahaan dan unjuk kerjanya. Misalnya ketika modal berlimpah banyak I memburu saham2 dan akibatnya harga saham naik karena diburu. Pada saat lain ketika N memperketat uang misalnya, banyak yang terpaksa melego saham2nya. Akibatnya harga saham2 menurun karena banyak yang obral kefefet butuh uang. Bisa jadi suatu sektor, migas misalnya, boom dan saham2 disektor lain dijuwal sehingga turun sementara saham2 migas naik.Kadang2 harga saham menjadi tak rasional karena berbagai tahayul yang beredar. Bisa melambung jauh tinggi dari harga wajar, bisa jadi sebaliknya. Kurang lebih seperti saat orang2 nubruk dollah sehingga harga dollah menjadi 12000. Saat ini banyak yang menilai bahwa harga saham irasional. Maka juwal beli saat2 ini adalah juwal beli tahayul Bersamaan dengan pasar modal ada pasar uang yaitu tempat pertukaran utang piutang. Negara atau institusi bisa menerbitken surat utang. Misalnya BI mengeluarken SUN (surat utang negara) dengan nilai nominal 1000 dan riba 10%. Maka surat utang tsb dijuwal dengan harga 900 dan setahun lagi yang beli, misalnya Lehman, akan menagih BI sebesar 1000. Karena kefefet butuh duit Lehman bisa menjuwal sun tadi kepihak lain seharga 950. Misalnya 3-4 bulan sebelum jatuh tempo. Tidak seperti pasar saham yang bener2 ‘pasar’ yaitu ada tempatnya, pasar uang tidak ada. Juwal beli dilakuken oleh masing2 pihak.
Kalo pasar (k)utang bisa saja dikampung seperti ini
Bisa diemperan toko
Ada pula yang memajang (k)utang anti kemplang
Saham, pasar modal, pasar uang adalah untuk tingkat intermediate sehingga kita cukupi disini dolo agar bisa fokus ke struktur fundamental kapitalisme.
Mangsih banyak yang harus kita ketahui dalam dasar2 kapitalisme. Misalnya- monopoli- dilema free fight- privatisasi- konsumerisme- kesenjangan- perusakaan lingkungan- dilema sosialisme dalam kapitalisme.- piramida kapitalisme
Posisi N sebagai sang irigator adalah dilematis. Riba terlalu rendah salah, terlalu tinggi juga salah. Uang beredar berlebih salah, kurangpun salah. Pajak rendah salah terlalu tinggi juga salah. Maka N harus piawai meracik proporsi. Jika salah dampak terberat selalunya sawah2 bagian bawah. Selalu. Maka posisi gubernur BI dan mentri keuangan menjadi kapling propesional. Politisi dan orang2 partai dilarang masuk dan jangan terlalu banyak intervensi.Topik kapitalisme bukanlah topik yang menarik dan akibatnya orang tak benar2 paham kapitalisme itu apa. Orang lebih demen nongton yang saru2. Maka kapitalisme menjadi benda asing yang tak begitu dikenal.
DASAR DASAR KAPITALISME VI
Piramida Kapitalisme 1.
Dalam Hindu ada kasta yaitu kelas2 dalam suatu mayarakat. Kelas teratas adalah kasta (1) bramhana lantas (2) raja2 dan pembesar2 negara (3) ksatria (4) waisa (5) sudra dan (6) pariya. Masyarakat sekarang tidak beda2 jauh dari dolo, hanya kedudukan brahmana (pendeta, biksu, pastor, uztadt, dukun, imam, dll) bervariasi. Dalam kapitalisme, piramida tak jauh berbeda. Perbedaannya adalah dalam dominasinya. Berikut piramidanya
Papan atas bukan lagi kasta Brahmana ketika Gereja disingkirkan dari ketetanegaraan sejak jaman pencerahan. Di Jawa raja2 Jawa dolo adalah raja serakah. Kasta brahmana + raja dirangkap! Maka raja2 Solo bergelar Sunan, padahal sunan adalah gelar brahmana Islam. Dalam masyarakat komunis brahmana dibinasakan. Gambar diatas entah dimana, barangkali di USA dan Eropah dimana brahmana mangsih punya kedudukan tetapi tak lebih sebagai pembuwal penyebar tahayul menurut karikaktur ini.Strata pertama adalah kepala negara beserta kaki tangannya. Dalam topik kita, mereka yang kita sebut sebagai N. E+I+K berada distrata keempat, tak beda2 dengan jaman Hindu sebagai kasta Waisa. Bedanya, Waisa2 ini biarpun secara hirarki berada dibawah N, mereka bisa membeli N. Kolusi N+E sudah melegenda dan ndak usah kita bicaraken. Ngabis2an pulsa!
Dibawah E+I+K ada satu lapis yang tak tampak dalam karikaktur, mereka adalah dari CEO + eksekutip + manajemen + pakar + staff. Mereka adalah ‘begundal2’ E+K+I. Dibawahnya lagi mangsuk kasta Sudra adalah buruh, tani, nelayan, dan pekerja2 informal. Dan lapis paling bawah adalah kasta Pariya kaum marjinal, pengemis, gelandangan, dan kaum miskin lainnya.
Munculah oposisi atas ‘ketidak adilan’ kasta. Digagas oleh Karl Mark Komunisme lahir sebagai oposisi diametral kapitalisme. Komunisme adalah perjuangan kelas, jelasnya menghapus kasta. Kelas2 E+I+K beserta begundal2nya dibinasaken. Kasta brahmana dituduh penipu karena menyebar luasken tahayul yang menjadi legitimasi E+I+K membenarken perbuatannya. Maka rumah2 ibadah, kitab2 mitos dan segala perniknya dihancur luluhken. Diganti dengan tahayul baru : komunisme. Slogannya : duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Sama rata sama rasa. Orang seperti gambar dibawah ini, dalam komunisme kakinya harus ditebang sebab berdiri lebih tinggi!
Jika orang dibawah ini dipakai sebagai ukuran maka banyak warga komunis kakinya harus ditebang.
Dalam komunisme berlaku gaji PGPS (Pinter Gebleg Penghasilan Sama). Itulah kesalahan komunisme menyama rataken semua orang. Kelas2 atau kasta2 akan selalu ado sejak jaman ribuan tahun yll sampai sekarang. Kesenjangan adalah tema sentral dalam dilema kapitalisme. Kita bicaraken pada kesempatan lain.Kesalahan fundamental lain dari Komunisme adalah pendapat bahwa imabalan = upah atas kerja. Salah! E+I+K mendapat imbalan bukan atas kerja tetapi resiko yang harus mereka pikul. Ada E yang bekerja, maka ia punya (1) upah sebagai pekerja, (2) bonus sebagai eksekutip dan (3) laba/rugi sebagai pemikul resiko. I, kalo ndak bekerja, hanya mendapat (3). K mendapat riba. Disini berlaku high risk high gain. Lenkapnya ada dalam kwadran2
1. High risk high gain : sebagai E+I2. High risk low gain : contoh pawang gajah.Di bonbin Gembiraloka Yogya ada monumen pawang gajah namanya Slamet yang mati karena diamuk gajah yang dirawatnya.3. Low risk low gain : K4. Low risk high gain : lihat gambar
a. lotre
b. berdoa
Kesalahan komunisme terlihat jelas sbbPSK : sex for moneyBuruh : work for moneyE : other people’s risks to make moneyI : buy risk in exchange of gainK : riba for my money.
Kapitalisme adalah demokratis. Tidak semua orang bisa menjadi E tetapi menjadi I gampang. Tinggal beli saham. Tetapi untuk menjadi I tidak cukup punya uang dowang, harus greed plus syaraf baja plus nyali dengan resiko jadi kéré. Apapun posisi anda, menjadi begundal E+I+K, buruh, K, atau apalah, adalah pilihan masing2 dan semua pilhan adalah baik. Jika memang takut jadi I, jangan memaksa diri. Nyang penting nyang nglakoni ayem tentrem. Tak ada gunanya mengejar sesuatu dengan hidup dalam keresahaan.
Piramida Kapitalisme 2.
Dalam kapitalisme eksponennya adalah E dan tidak semua E kasta waisa kaya. E mulai dari tukang tambal ban sampai sekelas Bill Gates, Ingmar Kamprad, dll. Maria Ozaru bukan E biarpun punya modal sebab definisi E tidak sebatas punya modal tetapi punya perusahaan. Statistik menunjukken bahwa justru E skala2 kecil lebih banyak dari yang skala besar. contoh paling jelas adalah pemborong bangunan. Yang besar2 seperti waskita karya, adhi karya, hutama karya, dll, jumblahnya tak seberapa jika dibandingken dengan pemborong2 kecil sampai ke skala2 mandor2. Demikianpun untuk restoran2, resto2 besar jumlahnya sikit dibanding dengan warung2 makan yang berserak dimana2. belum kalo dihitung tukang bakso. Di Kali Fornia bisnis kecil sampai 3.7 juta. Hanya di industri2 tertentu harus skala besar seperti otomotif, pesawat terbang, baja, dst.I pada negara2 biang kapitalis seperti USA adalah masyarakat umum. Konon 50% WNUSA punya saham dibanding RI yang hanya 1%. Yang skala besar adalah seperti Warren Buffet, George Soros, dll. Jika harus mendefinisiken I dalam satu kata maka I = botoh = gambler = penjudi. Tentu saja I akan menjelasken sampai mulutnya berbusa bahwa mereka bukan penjudi. Berbeda dengan E yang bisa pariya dan sudra, I+K selalunya kasta waisa. Sejak Robert Kiyosaki menulis buku rich dad poor dad, barangkali populasi I naik.K adalah individu2 yang menitipken dananya ke institusi2 keuangan umumnya bank. Jika USA adalah negara dengan utang terbesar maka RRC dan Jepang adalah K terbesar
Sangking besarnya, orang2 Jepang sampai binun duitnya akan di(k)utangken ke siapa. Akirnya ada yang dipakai sendiri, tetapi di(k)utangken pada tempat yang salah!
RI belum menjadi K, mangsih debitor pengutang. Utangnya sampai akir 2006 adalah sbb, dalam milyar dollah
Banyak komentar2 naif, RI kemblegan utang, pegimane nyicilnya? Kalo bisa nyicil ya dicicil, kalo ndak bisa perpanjang perpanjang perpanjang perpanjang. Ini lazim. Kemarin telah saya posting utang USA. Inget jumblahnya? 9 trilliun dollah! Nyang penting adalah utang sehat = good debt. RI termangsuk kategori modal cukupan utang cukupan. Utang RI transparan, ada jendelanya sehingga kita bisa melihat modal membesar atau mengecil.
Dibawah E+I+K ada jajaran begundal2nya mulai dari CEO, eksekutip, manajemen, pakar sampai ke staff. Max Weber berteori (=bertahayul) bahwa kapitalismu didukung oleh etika kerja keras, hemat, disiplin, dll, akibat etika protestan. Si Max benar bahwa ada sifat2 itu yang membuat kapitalisme bersemi tetapi ia salah identifikasi. Orang2 yang punya karakter seperti itu bukanlah karena latar belakang agama atau bangsa melainken sifat atau typologi tertentu. Otto Kroeger meneliti banyak sampling di korporasi2 dan sampai pada kesimpulan bahwa korporasi2 disominasi type tertentu, sebut saja namanya type SJ (Saya Juga).
Pada level pariya di korporasi2, semua type ada. Pada level madya populasi SJ naik dan pada level eksekutip populasi SJ sangat tinggi. SJ memiliki sifat2 seperti yang dibilang si Max yaitu etika kerja tinggi, taat aturan, tanggung jawab, andal, hemat, dst. Satu lagi sifat SJ yang akan menjadi tulang punggung kapitalisme adalah mereka organisator ulung, administrator summa cum laude, dan eksekutor par excellence. Eksekutip2 korporasi ini kadang disebut corporate warrior.
Itulah konsekuensi dari kapitalisme : inequality = kesenjangan. Munculnya kasta2. Dolo RRC adalah negara komunis sesudah kolusi dengan kapitalisme RRC menjadi makmur. Tiga dari lima bank terbesar kelas dunia adalah bank babah2 RRC, cadangan devisa terbesar adalah juga RRC. Ndak heran K jadi ribawan. Ekses dari kapitalisme mulai muncul : kesenjangan, korupsi dan kolusi.Salah satu metode untuk merataken kesenjangan adalah melalui kebijakan fiskal. Kebijakan ini sukses dilakuken negara2 skandinavia. Mereka ramah terhadap kapitalisme yaitu dengan memangkas pajak2 persero, pajak kapital gain, dan pajak dividen. Tetapi mereka kejam terhadap pajak penghasilan pribadi. Akibatnya kesenjangan dalam hal upah menipis. Taktik ini tidak bisa dijalanken semua negara. Lain padang lain belalang.RI sekarang memangkas pajak2 buat E+I, yang berarti memperkaya mereka, dan menaikken pajak K. Tahap kedua adalah intensifikasi pajak. Obyek pajak akan diperluas. Nantinya segalanya akan dipajaki. Daripada bikin UU porno barangkali porno dijadiken obyek pajak adalah gagasan yang lebih baik. Jangan2 milis2 kena pajak.Pemungutan pajak di RI ada baiknya disubkontrakken ke swasta. Calon terbaik : FPI. Pasti efektip . Dijamin sukses.
DASAR DASAR KAPITALISME VII
Kisah utang RI.
Selasa, 14 Oktober 2008 - 11:55 wib
Puluhan aktivis yang tergabung dalam koalisi antiutang (KAU) melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung World Bank di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Pusat.Dalam aksinya, massa mendesak penghapusan utang yang tidak sah oleh Bank Dunia. Karena dengan hal tersebut, massa menilai dapat menyebabkan krisis iklim."Kebijakan bank dunia tidak berpihak kepada rakyat dan merugikan masyarakat dunia. Sehingga mengakibatkan tidak hanya terjadi krisis ekologi, tetapi krisis finansial yang terjadi di seluauh dunia saat ini," ujar Koordinator KAU, Dani Setiawan dalam orasinya di depan Gedung World Bank, Selasa (14/10/2008).Dalam aksinya, massa membawa bola dunia berukuran besar. Mereka juga melakukan aksi teaterikal yang menunjukkan kesengsaraan akibat kebijakan Bank Dunia itu. Pantauan okezone, aksi ini dikawal ketat puluhan satuan pengaman SCBD.
Pertama : mau ngemplang? RI mau ngemplang? Dalam kapitalisme K memiliki keistimewaan : seharusnya tidak dikemplang. Barang siapa mengemplang ia akan dikucilken oleh masyarakat K. Sokoguru kapitalisme adalah E+I+K+N. Jika K sebagai salah satu tiangnya ndak ado, bangunan akan ambrol. Sekarang saja semua N terkencing2 menjamin K.Kedua, simak kisah sbb. E (+I) punya modal 300. Yang 100 buat modal kerja dan yang 200 + utang K 800 beli hotel-A seharga 1000 dan jadi agunan. Setelah sekian tahun, E nyicil sehingga utangnya tinggal 600. E kemudian mendekati K dan mintak agunan dievaluasi. Ternyata harga hotel lebih dari 1000. Maka K mintak utang diperbarui dan disetujui utang yang tinggal 600 ditambah 200 lagi menjadi 800.Dengan uang 200 tadi, E membayar uang muka hotel-B. E lantas ke K lagi ngutang 800 dengan agunan sertipikat hotel-B. Karena pasaran hotel tadi 1,100, K setuju. Maka E sekarang punya dua hotel. Bersamaan dengan itu utangnya membengkak menjadi dua kali lipat. Bertambah kaya utangnya bukan berkurang mbalah tambah bengkakItulah modus operandi kapitalisme : utang utang utang utang utang utang utang ... dst. Banyaknya utang bukan selalu kabar buruk, bisa justru sebaliknya, banyak utang berarti modal membesar! Jika K memiliki utang 8000 itu bisa berarti ia punya 9-11 hotel! Modalnya yang semula 300an jadi 2000 lebih. Apa artinya? Cicilan = akumulasi modal!Tentu saja dalam kenyataan prosesnya tak sesederhana dan segampang itu. Intinya utang besar bukan selalu berarti kabar buruk. Tetapi juga jangan tergesa menyimpulken itu good news. Kita lihat.RI sejak jaman kelahiran orba 1966 telah ngutang ke IGGI. Mula2 ngutang 200 juta dollah. Pada 1991 Jan Pronk boss IGGI mulai bawel, bukan lagi ngurusi kutang tetapi bising2 urusan non utang. HMS marah, dan Jan Pronk beserta Belanda dipecat! Tanpa pesangon. Kemudian ganti ngutang ke CGI sampai tahun 1997. Ketika terjadi krismon terpaksa RI ngutang lebih besar. Masih inget gambar sbb :
Itu adalah kenangan pahit ketika RI kena krismon terpaksa terbongkok2 kepada tuan IMF. Bagaimanapun juga HMS adalah representasi WNI yang diberlakuken sebagai ‘pesakitan’ seolah RI bangsa yang dungu. Sekarang ketika USA dan negara2 maju termehek2 mangsalah krisis finansial, ketahuan yang dungu bukan hanya RI Belum lama ini CGI dan IMF kita lunasi. Apakah utang kita berkurang? Bukan! Itu hanya sekedar ganti BRI ke BCA. Kenapa? Karena CGI dan IMF bawel seperti nenek2 lampir. Kedua, pusat K bergeser ke Asia. Sodara tua Jepang adalah langganan K lama, dari dolo. Babah RRC sekarang K numero uno. Petro dollah Arabia juga banyak duit. Era kreditor barat sudah berakir. Ketiga, pasar uang dalam negri dah jalan dan RI sudah kepasar uang swasta ke USA.Apakah utang kita bad or good ? Pertama adalah kriteria layak utang dolo. Kalao kita KPR maka ada rasio utang-agunan, 20% dari kita sisanya dari K. Dalam hal yang ngutang negara maka yang dipakai antara lain adalah rasio utang dengan GDP. GDP itu gampangnya tingkat produksi suatu negara. Rasio ini maksimum 60an % dan RI berada pada 30-40%. K akan mau ngutangi RI.Ada utang yang bad misalnya karena dipakai buat bailout waktu krismon dulu, dikorupsi, bencana, kenaikan BBM tak terduga yang membengkakken subsisi, BUMN rugi, dll. Ada juga yang produktip disalurken ke sebagai kredit usaha, kpr, dll. Ada pula yang dipakai untuk infrastruktur dimana benefitnya baru ketahuan sesudah jangka panjang. Ada juga yang kalo tidak dibiayai dengan utang, kerugiannya jauh lebih besar. Sulit bagi kita untuk menyimpulken tanpa data2. Koalisi Anti Utang hanyalah LSM kecil. Mereka tidak benar2 tahu apakah utang sekarang kekecilan, kegedean, atau sudah pas? KAU pikir (k)utang RI sudah kegedean seperti ini
Kesimpulan : bebas utang itu baik tetapi bukan keharusanKalo jatuhnya lebih menguntungken tambah utang, kenapa tidak? Yang jadi persoalan adalah bagaimana mendayagunaken utang semaksimum mungkin. Bukan dengan mengurangi utang.Suplemen dari postingan Dasar2 Kapitalisme VIIJam Utang
Yang bising2 utang membengkak bukan hanya Koalisi Anti Utang di RI, di USA banyak yang juga bising karena utangnya yang naudzubilah besarnya. Ada banyak ‘jam utang’ dipajang disono menunjukken utang berapa dan utang per keluarga jadi berapa.
http://www.brillig.com/debt_clock/U.S. NATIONAL DEBT CLOCKThe Outstanding Public Debt as of 21 Oct 2008 at 11:44:02 PM GMT is:
Populasi USA 305 juta maka tiap WNUSA punya utang $34,000. Jika sekeluarga tiga orang maka per keluarga punya utang 100,000 dollah = semilyar rupia.Jika cara itu dipakai, utang WNI per kepala = 750an dollah = rp. 7.5 juta. Jika sekeluarga 4 orang maka per keluarga punya utang 30 juta.
DASAR DASAR KAPITALISME VIII
Mekanisme Harga
Dalam sesi ini kita membahas pertanyaan : siapa yang menetapken harga. Kenapa harga2 berubah2 seperti minyak dari 140 bisa turun ke 75 segentong.Dalam kapitalisme monopoli, kecuali oleh N, hukumnya haram. RI dijaman kelahiran rekiblik mengawali dengan memberi monopoli kepada segelintir orang. Namanya program benteng diarsiteki oleh Sumitro Djoyohadikusumo. Yang tersisa antara lain NV. Hadji Kalla, Achmad Bakrie, dan Soedarpo Corporation. Jaman HMS praktek ini diulangi lagi kepada kroni2 HMS antara lain Probosutejo monopoli cengkeh, Liem monopoli gandum, lantas ada Tommy dengan BPPC. Disusul kemudian era konglomerasi. Akir cerita sudah kita ketahui, kapitalis2 semu itu akirnya berguguran.
Kapitalisme identik dengan persaingan bebas, harga ditetapken oleh pasar. Dinegara komunis harga ditetapken N, kurang lebih seperti Pertamina. Persaingan 100% bebas tidak mungkin dijalanken karena akan menimbulken anarki dan N dibenarken sampai kadar2 tertentu mengintervensi pasar. Apa itu harga pasar? Harga pasar adalah harga yang ditetapken oleh hukum penawaran dan permintaan.Hukum ini, jika tak ada intervensi dan distorsi pasar, adalah tentang hubungan antara jumblah dengan harga. Jika jumblah berlimpah, harga rendah dan sebaliknya kalo langka harganya tinggi. Dimusim panen harga beras akan jatuh karena berlimpah dan sebaliknya dimasa paceklik harga jadi mahal. Ingat dongeng Nabi Yusuf? Ia menyuruh Firaun bikin lumbung padi dan menimbun semua padi dalam lumbung ketika panen. Ketika terjadi paceklik, harga sangat tinggi sehingga Firaun menjadi kaya raya karena monopoli.
Bulog adalah seperti kisah Firaun tetapi misinya bukan tamak seperti Nabi melainken menstabilken harga. Bank sentral, disini namanya BI dan di USA namanya Federal Reserve adalah tandon atau lumbung uang. Jika terjadi inflasi maka uang disedot. Dolo jaman HMS BI mengendaliken valas. Jika dollah naik ia borong. Sejak krismon, BI tak banyak mengintervensi valas. Artinya (lebih banyak) membiarken harga ditetapken pasar. Demikianpun tingkat bunga bisa diintervensi N.
Ada sebagian E yang membalik, kalo barang langka maka harga tinggi. Mereka memproduksi barang2 dengan jumblah terbatas menjadi barang langka dan bisa dijuwal dengan harga tinggi. Barang2 mewah dan ekslusip dibuat atas dasar azas ini. Opec adalah sebentuk upaya mengendaliken harga dengan cara mengendaliken jumblah produksi. Ketika harga jatuh, itu indikasi bahwa kebutuhan bbm menurun maka opec menurunken produksi.
Pajak dalam bentuk bea masuk bisa pula dipakai untuk mempengaruhi harga. Untuk melindungi harga2 produksi dalam negri, barang2 impor tertentu dikenaken bea masuk tinggi. Taktik ini kadang dipakai untuk memaksa produsen luar investasi kedalam demi mendapatken keringanan bea masuk. Praktek pengenaan beamasuk adalah kontroversi dan dilema ‘perdagangan bebas’. Semua menghendaki agar barang2 masuk kenegara lain dengan bea serendahnya. Jika bea diperlunak produsen dalam negri kalah kalo bea dikenaken tinggi konsumen yang harus tombrok.
Dampak positip dari persaingan bebas adalah barang2 yang diproduksi semangkin lama semangkin murah semangkin bagus. Dolo HP sebesar tas ransel dan harganya muahal, sekarang lebih kecil lebih berdayaguna dan lebih murah. Demikian kecilnya sehingga bisa dipakai sebagai anting2.
HP juga bisa untuk memanjangken alat vital.
Ekses negatip adalah konsumerisme. Kita dijadiken sasaran buang produk kapitalisme, dikadali supaya tamak. Membeli2 barang2 yang tak perlu2 banget. E+I juga berdakwah kurang lebih sama dengan dakwah agama yaitu juwal tahayul. Merek2 tertentu sebenernya kandungan tahayul. Pakaian dan aksesoris misalnya, adalah secara produk sebenernya gombal, literaly and figuratively. Dengan dakwah nilai gombal ini didongkrak jauh melebihi harga produksi. Barang seharga sejuta harga pokoknya barangkali hanya 100-200,000. Selisihnya adalah harga tahayul. Kandungan harga tahayul juga tinggi pada saham2.
Media iklan tambah rame dengan dakwah2 politik yang isinya juga tahayul2 mlulu.
Saya lihat cukup banyak yang ingin teu tentang kapitalisme. Banyak yang sama sekali tidak punya gambaran dan ber-tanya2 kenapa saham naik turun, ngapain juwal beli BUMN, bukankah riba haram?, ngapain pemerintah refot2 membailout?, mbok wîs dibiarken saja kenapa?, apa bedanya PT, CV, dan Tbk?, kenapa bursa modal modar?
Saya akan coba beriken gambaran sangat sangat sederhana tentang kapitalisme sedemikian rupa sehingga yang semula tak tahu apa2 bisa mengikuti perbincangan. Jangan sampai pula berkomentar yang membuatnya ketahuan bahwa ia tak tahu apa2. angka2 yang saya pakai adalah angka2 fiktif yang sifatnya dramatisasi agar mudah dicerna. Uraian ini jelas tidak memadai. Orang harus menambah sendiri apa yang ingin diketahui.
Dasar2 kapitalisme adalah antara lain.1. Keserakahan itu baik.
2. Saling mempercayai dalam persekutuan beberapa pihak
3. Kemitraan sama2 untung.
Tahap I, Entrepreneur Tradisional
Yang disebut entrepreneur tradisional ialah orang2 yang memakai modal sendiri untuk cari untung. Modal tidak harus uang, bisa apa saja seperti wajah cantik dan bodi aduhai Maria Ozaru adalah kapitalis modal sendiri. Ada pula yang menjajaken modalnya tidak di Wall Street tetapi di Sarkem Street.
Sarkem = PaSAR KEMbang
Seorang E(ntreprenueur) atau B(usinessman) memliki modal 1000. Misalnya dalam setahun mendapat laba 400.
Tahap II, Pelipatgandaan melalui Kemitraan.
Timbulah keserakahan dalam diri E. Jika modal 200 dan yang 800 adalah hutang dari K(reditor) dengan riba 5% maka ia menghasilken laba 400 dikurangi bunga 5%x800 = 400-40 = 360. Karena uangnya 1000, ia bisa buka lima cabang sehingga laba berlipat menjadi 5x360=1800.Tanpa kerja sama dengan K, laba E hanyalah 400. Dengan kerjasama labanya berlipat menjadi 1,800.
Semangkin besar suatu bisnis semangkin efisien yang beratri laba semangkin besar. Untuk itu ia mengundang I(nvestor) kongsian. Ia mampu membuka sekaligus 10 hotel, bukan lima. Maka terjadilah trio E+I+K. Kataken saja laba E belipat dari 1,800 menjadi 2,500. Mula2 ia sorangan wae sebagai E tradisional menghasilken laba 400, lantas 1,800, lantas 2,500. Selesai? Belum!
Tahap III, size does a matter.Selain ukuran besar membuat lebih efisien, ukuran besar adalah untuk nginjek2 lawan2nya.
Dari laba 2500 yang 1,250 distor ke kantor pajak sisa 1,250. E ambil 250 untuk keperluan dia dan mbagusi. Sisanya ditanamken lagi sehingga perusahaan semangkin besar. maka modalnya menjadi 2000 dan kataken saja laba menjadi 5000. Laba2 ini terus menerus ditanamken sehingga perusahaannya membengkak menjadi sangat besar.
Dari ketiga kongsi itu yang paling besar keuntungannya adalah pihak keempat yaitu N(EGARA). Jika E laba 2,500 maka ia dikenaken pajak persero kataken saja 30%x2500 = 750. Maka laba sisa E adalah 2500-750=1750. Yang 250 ia ambil untuk keperluan pribadi. Waktu mengambil E kena pajak dividen kataken saja 30%x250= 75.
Negara yang paling untung
Uang sisa laba yang 1500 jika semua ditarik sebagai dividen untuk poya2 maka 30% atau 450 akan diembat kantor pajak. Jika diinvestasiken lagi baik keperusahaan yang ada maupun baru, negara tidak akan memajaki. Dengan kata lain, negara MEMAKSA E untuk terus menerus berinvestasi melalui kebijakan pajak berganda. Apa tujuannya? Semangkin besar laba E karena penggelembungan modal, semangkin besar pula laba yang bisa diembat negara. Selain itu, menciptaken lapangan kerja.
Itulah dasar2 kapitalisme : keserakahan, pelipat gandaan, kemitraan, hubungan saling menguntungken, dan ukuran. Pihak yang paling diuntungken tentu saja dalam hal ini adalah negara. Banyak yang tak paham bahwa belanja2 negara (gaji PNS, subsidi, infrastruktur, dll) berasal dari pajak. Banyak yang tak paham bahwa perusahaan2 adalah kekayaan negara. Jika perusahaan2 memble, negara ikut memble.
DASAR DASAR KAPITALISME II
Berikut adalah penjelasan bahwa N(egara) memiliki sebagian saham pada semua perusahaan. N adalah pemegang saham bayangan = pemegang saham gelap.Jika E1 laba 2,500a ada beberapa skenario, simak baik2. Pertama laba itu kena pajak persero 30% =750. Sisanya 1750.Skenario I : dibagikan semua sebagai dividen. Maka uang 1750 kena pajak dividen 30% = 525. Negara mendapat pemasukan 750+525=1275.Skenario II : diambil 250 dan sisanya diinvestasiken lagi. Negara mendapat pajak dividen 250x30% = 75. Sisanya 1500 diinvestasiken lagi. Maka modal E1 = modal lama + modal baru = 1000+1500=2500.Skenario III : ditengah jalan E memutusken untuk pangsiun dan sahamnya dijuwal kepada E2 sebesar 2500. Ketika akad juwal beli, maka E kena pajak capital gain yang besarnya 30%x(modal akir-modal awal) = 30%x(2500-1000) = 450. Setelah sekian puluh tahun giliran E2 juwal. Kataken saja modal telah menjadi sejuta. Maka E2 harus mbayar pajak capital gain 30%x(1,000,000-250) = hampir 300,000.Apa artinya? Artinya N seolah memiliki saham! Ketika E1 membukukan bagian laba 1500 sebagai tambahan modal, sebenarnya uang 1500 milik E1 dan N dengan proporsi N memiliki sebesar pajak dividen = 30%x1500=450 dan E1 memiliki sisanya ialah 1500-450 = 1,050. Ketika E1 juwal sahamnya, N mendapatken bagiannya yaitu 450.Ketika E2 menjadi pemegang saham baru dengan modal awal senilai 2500, pada detik itu juga N menjadi pemegang saham bayangan sebesar 30%x2500=750 dan E2 1750. setelah sekian tahun saham E+N yang semula 750+1750 dijuwal sejuta maka ‘saham’ N menjadi hampir 300,000 dan E2 menjadi 700,000an.Demikianlah maka N adalah pemegang saham bayangan gabungan seluruh perusahaan. Jika perusahaan2 bertumbuh kembang dengan baik maka kekayaan negara ikut berkembang. Jika ada yang berkembang ada yang memble maka tinggal yang berkembang dengan yang memble besar mana. Jika positip maka negara baik2 saja. Jika secara serempak semua perusahaan melorot otomatis sang pemegang saham bayangan ikut panting pontang.Maka terjawab sudah pertanyaan kenapa negara ikut panting pontang. Ngapain refot2, toh itu milik orang. Biarin aja bangkrut. Apalagi banyak perusahaan2 asing. Biar tahu rasa! Ini adalah pendapat lugu.Dampak dari krisis sekarang adalah akan terjadi resesi. Kalo itu terjadi, pajak persero akan turun dan otomatis pajak dividen manurun pulak. Pajak kapital gain jelas2 mrongos karena lebih banyak yang menderita capital loss. Jika loss negara ndak dapet apa2. Yang terakir, kekayaan negara ikut2an merosot.Maka bertambahlah pemahaman kita tentang kapitalisme yaitu kemitraan N+E+I+K, keserakahan, sama2 untung, kepercayaan, investasi terus menerus, ukuran raksasa, dan yang baru kita bahas : PAJAK BERGANDA. Yang memungkinken negara menjadi pemegang saham gelap.Struktur atau piramida ekonomi kapitalis berbentuk sawah-subak dimana sawah bagian atas dimiliki E+I+K dan N selain sebagai mitra dari kwartet N+E+I+K juga berfungsi sebagai pengatur aliran air agar mengalir samai kebawah (rakyat). Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, jika E+I+K bermangsalah maka sawah2 dibawahnya dan terutama yang paling bawah (rakyat) akan paling samsara. Jika E+I+K bagus maka sawah2 akan ijo royo2 dan membawa sejahtera bagi semua.
Dua ciri khas kapitalisme yang akan kita bicaraken adalah tentang trust dan pasar saham/uang. Kita akan bicaraken TRUST dolo. Ada plesetan, uang2 USA ada tulisan : in god we trust diplesetken menjadi in debt we trust
Trust bagi K adalah identik dengan JAMINAN bahwa hartanya tidak akan amblaz.
DASAR DASAR KAPITALISME III
Salah satu ciri khas dalam kapitalisme adalah UTANG, baik untuk investasi bagi E+I atau konsumerisme bagi semua orang. Berikut adalah ilustrasiE (dan I) membeli sebuah rumah seharga 1000 dengan ngutang B(ank) (wakil K) 800 dalam 3 bulan. B kemudian memeriksa apakah layak diutangi. Ternyata layak karena pasaran rumah itu 1100-1200. Maka B ngutangi dengan sertipikat sebagai jaminan. Bagi K yang namanya trust adalah JAMINAN. No trust (=jaminan) no business.E kemudian suskes menjuwal dan laba lantas membayar utang. E kemudian beli lagi dan utang lagi. Demikian terus menerus utaang diperpanjang terus menerus selama bisnis lancar2 saja. Maka munculah interdependensi E+I dengan K (via B) dan menjadi kemitraan abadi E+I+K. Dalam kerajaan kapitalisme E+I wajib utang dan utang banyak is good. Debt is good mengiringi greed is good. Tuhan dalam kata2 in god we trust telah diganti menjadi in GREED we trust.
Demikianpun in DEBT we trust
Greed is good menghasilken investasi terus menerus yang menyebabken ukuran2 perusahaan membengkak jadi besar sekali. Demikianpun utang yang mengalir ikut2an membengkak. USA sebagai biang kapitalisme utangnya naudzubilah.
Maka dalam kerajaan kapitalisme ada dua kaset rusak sahut menyaut
Investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, investasi, ...
Utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang, utang,
Tradisi utang tidak hanya pada E+I. Dalam keserakahannya E+I berupaya untuk membujuk masyarakat luas membeli produk2/jasa2 mereka. Kapitalis jadul adalah memeras buruh. Kapitalis jaman sekarang membayar buruh2nya dengan baik tetapi memoroti penghasilannya dengan KONSUMERISME. Orang2 dibujuk beli beli yang ndak bener2 dibutuhken. Maka kaset ketigapun berbunyi : beli, beli, beli, beli, beli, beli, beli, beli,
K si tukang kredit bersekongkol dengan E+I menawarken kartu kredit
Berikut uraian bagi yang sama sekali buta tentang bailout atau semacem BLBI. Suatu hari harga perumahan jatuh. E hanya bisa menjuwal rumah seharga 300. Akibatnya modalnya amblaz dan harus ngemplang 800-500. Jika hanya beberapa yang ngemplang tidak jadi mangsalah. Ketika banyak E terpaksa ngemplang maka B akan kehabisan dana. Jika dana habis K tidak bisa mengambil dananya. Akibatnya K akan panik. K yang nitipken duitnya disektor2 lain ikut2an tatut dan mau menarik dananya. Trust, pondasi kapitalisme, akan tumbang. Dalam kapitalisme ada semacem perjanjian bahwa K tidak boleh rugi / dikemplang.
Secara metaphor posisi K dalam subak adalah dipaling atas. Kalo mereka panik dan menutup air maka lapis dibawahnya yaitu E+I akan mengering. Kalo mengering, maka lapisan2 dibawahnya akan dilanda kekeringan. Untuk itu N sang juru irigasi sekaligus pemilik saham2 E+I harus bertindak agar jangan sampai K menutup airnya.
Caranya adalah memberi utangan kepada E sebesar 800. Oleh E uang dikembaliken ke B dan B bisa membayar K. Maka utang E beralih dari ke B menjadi ke N. Dalam beberapa bulan kedepan E harus menjuwal rumah itu, kalo bisa mendekati harga 800. Agar bisa menjuwal N juga ngutangi dana2 operasional. Itulah yang disebut ‘bantuan likuiditas’ atau bail out. Jika E hanya bisa menjuwal 500, maka N yang menanggung rugi.
Jika E+I keadaannya sudah parah maka bantuan likuiditas itu diberiken langsung ke bank2. Agar mereka bisa membayar kepada K. B berikut bangkai2 harta E+I seterusnya menjadi milik N. Dalam kasus RI, bank2 dengan bangkainya masuk ke BPPN.
Itu tidak cukup, N memberiken jaminan kepada K agar mereka ndak panik. Itu yang dibutuhken K, trust = jaminan. No trust no business.
Kesimpulan untuk sesi ini
Investasi sebanyaknya, utang sebanyaknya dan belanja sebanyaknya
DASAR DASAR KAPITALISME IV
Bagi awam debt free atau bebas (cicilan) utang (kpr, kredit mobil, kartu kredit, dst) adalah impian.
E+I terbalik. Selama hidupnya akan selalu utang, utang, dan utang. Kalo usaha jalan baik utang mbalah semangkin membengkak tak ada akirnya sampai ke anak cucu diwarisi utang tak berkeputusan. Bagi mereka debt is good
Keliru berpendapat kalo K adalah pihak yang pasip nunggu2 orang2 mintak2 utang. K sama agresipnya dengan E+I, mereka mengejar2 E+I serta masyarakat umum agar utang.
Syahadat kapitalisme bukanlah “kepada tuhan ku beriman dan kepada nabi kuberiman” tetapi “kepada keserakahan kuberiman dan kepada utang kuberiman” In greed we trust and in debt we trust. Utang adalah identik dengan riba. Maka kapitalisme adalah oposisi dari agama bahwa serakah dan riba adalah dosa.
Sebagian besar benda2 disekitar kita adalah buah karya orang2 serakah. Suka atau tidak, bukti2 berlimpah bahwa riba dan serakah lebih banyak membawa berkah daripada bencana. Tentu saja tidak bisa sempurna. Ada juga yang berdampak negatip. Sebagai contoh obat2an, yang sakit sembuh, yang buta bisa melihat, yang mandul punya anak, yang lumpuh bisa jalan, yang bisu bisa komunikasi, dst. Siapa yang menghasilken obat2an? Jawab : E+I+K = greed + debt = keserakahan + utang
“kepada keserakahan kuberiman dan kepada utang kuberiman”
Tidak selalu keserakahan dan utang selalu positip. Maka ada keserakahan baik/buruk ada good/bad debt. Greed dan debt harus dikendaliken. Siapa yang mengendaliken dan bagaimana? N bertanggung jawab untuk mengendaliken keserakahan dan utang agar dampak positipnya jauh lebih besar dari negatip. Sekarang kita bicaraken caranya. Agar mudah dipahami, angka2nya saya buat ekstrim.
Ketika bunga murah, kataken saja 8%, maka laba E+I bagus dan punya dana berinvestasi. Demikianpun konsumen terdorong untuk belanja karena dibujuki E+I+K agar ketularan serakah. Orangpun membeli barang2 melebihi kebutuhan. Ada yang punya HP 5, sepatu selosin, dasi 3 losin, dst. N dengan menyimak indikator2 ekonomi bisa saja menilai bahwa situasi sudah over investasi, over debt, over serakah, over inflasi, over konsmsi, dst. Jika N memutusken untuk mengerem laju keserakahan maka ia ngiming2i K utang kepada mereka dengan riba tinggi kataken saja 20%.
K lantas memberitahu E+I bahwa utang tidak diperpanjang karena mau dideposito ke N. E+I terpaksa setuju bahwa bunga kepada K naik 20%. Dengan bunga segitu investasi tak menarik karena labanya kecil. I ndak mau kongsian dengan E pada investasi2 baru. Mending titipin ke N wae. Tanpa I+K, E mati kutu. Tiga serangkai E+I+K adalah mitra sehidup semati. Demikianpun konsumen akan berat untuk belanja. Maka dampak keseluruhan adalah laju keserakahan tercekik. Dampak negatipnya adalah aliran kebawah dalam sisitim sawah-subak akan terhambat. Sawah2 bawah (=rakyat) akan kering.
N kemudian meninjau tingkat bunga. Jika dirasa terlalu mencekek ia akan mengendorken dan keserakahan dipacu. Jika dirasa kebablasen, direm lagi. Kisah krisi moneter 1997/8 adalah salah satunya akibat dari over investment dan over debt. Yang sekarang terjadi di USA juga itu. Terjadi over investment di sektor properti dan orang2 serakah inves + ngutangi disitu. Konsumenpun dikadali supaya beli beli beli. Akibatnya harga naik dan ujung2nya konsumen ndak kuat nyicil. Pada gilirannya harga properti jatuh dan akibatnya E+I ngemplang. Maka kesalahan tak semata ditimpaken ke E+I+K tetapi juga N dan konsumen.
Selain dengan menaik/turunken riba N juga bisa menaik turunken uang beredar. N bisa menyedot uang beredar untuk menghambat greed+debt bisa pula menggelontor dengan uang untuk memacu serakah dan utang. Metode riba dan peredaran uang adalah kebijakan moneter. Otoritasnya adalah bank sentral. Di RI namanya BI dan di USA namanya the Fed = Federal Reserve = tandon (uang) Federal. Tandon ini bisa dari nyetak uang atau utang (lagi).
Terkadang riba rendah tak cukup kuat memicu keserakahan E+I maka ada lagi kebijaksanaan fiskal yaitu memainken tingkat pajak. Jika pajak tinggi maka keserakahan terkendala karena laba jadi ecek2. biarpun N mendapat pemasukan besar dengan menaikken pajak E+I yang tak termotivasi untuk investasi membuat sawah2 dibawahnya mengering. Resiko kedua E+I melariken dananya ke negara2 yang lebih ramah.
Singkatnya keserakahan dan utang, walaupun tidak selalu sukses, bisa dikendaliken. Untuk itu kita musti kritis keserakahan yang mana yang baik/buruk dan good/bad debt. Akirnya, kepada siapa kita percaya?
Biarpun mengandung tahayul, kapitalisme memiliki bukti berlimpah dampak positip, dan negatipnya.
RASIO UTANG-MODAL
Kapitalisme adalah seni meracik proporsi utang-modal. Utang kekecilan salah, kegedean salah. Memang ada aturan rasio utang-modal tetapi secara umum kapitalisme adalah, kalo bisa, maksimisasi utang dan/atau minimalisasi modal = maximin. Berikut variasi rasio modal-utang.1. Kapitalisme Tradisional.Kapitalisme tradisional adalah membesarkan modal sendiri tanpa k(utang)
Modal besar tanpa k(utang)
2. Modal Kecil (K)utang kecil
3. Utang kekecilanBanyak terjadi dipapan bawah yaitu pengusaha2 kecil tradisional. Mereka tidak bankable, tidak dipercaya K. No trust no business. Akibatnya sulit berkembang. Kalopun berkembang lambat sekali. Contoh2 (k)utang kekecilan.
4. Utang besar modal kecil.Modus operandi ini dolo dipakai oleh konglomerat hitam dan menyebabken ganjing gonjang tahun 1997-8. Ratio seperti ini sangat rawan. Contoh modal yang lebih kecil dari (k)utang
Ini adalah (k)kutang lebih besar dari modal
5. Utang besar sekaliSangat mengeriken kalau mencapai ukuran mega (k)utang
5. Modal besarPertama yang dilihat oleh kreditor adalah modal dolo dan K menyukai modal2 besar seperti dibawah ini.
Sebagian yang baca postingan ini memiliki karakter kreditor, yang dilihat pertama kali adalah modalnya dolo.
6. Modal dan k(utang) proporsionalSelain proporsional, yang transparan mudah dilihat berapa modalnya berapa( k)utangnya
7. Prinsip transparansi.Dalam kapitalisme ada prinsip transparansi, utangnya berapa modalnya berapa harus transparan. Model brukut seperti dibawah ini, ndak diterima. Biarpun pakek merek burberry. K mau lihat modal dan (k)utang. Kalo ndak bisa lihat : no trust. No trust is no business.
DASAR DASAR KAPITALISME V
Maka, keserakahan yang baik/buruk adalah bagaimana caranya. Tamak dengan jalan mencuri, menipu, merampok, menyuap, korupsi, dll, adalah bad greed. Jika dilakuken dengan kerja keras, jujur, putar otak, dst, itu good greed. Demikianpun halnya dengan riba, jika dampaknya positip itu good debt, jika negatip itu jahat. KPR adalah salah satu good debt. Jangan takut untuk debt sepanjang bisa mengelola dengan baik. Secara umum, bisalah kita adopsi filsafat pragmatisme. Sesuatu itu (greed and debt) baik atau buruk tergantung dampaknya. Jika memang positip, why not. Janganlah membabi buta mengikuti tahayul tanpa berfikir. Jika begitu maka greed is good dan debt is good, too.Kita lanjutken :Dalam masyarakat kapitalis selalu ada pasar modal bagi E+I dan pasar uang bagi K. Keitika E membutuhken I, ia bisa membentuk PT atau perseroan terbatas dengan I terbatas. Jika skala besar PT sudah tidak mencukupi maka E ke pasar modal membentuk perusahaan Tbk (terbuka). Disitu diperdagangken saham2. Harga saham bukanlah harga perusahaan tsb tetapi merupakan harga ekspektasi dari unjuk kerja perusahaan dimasa depan. Misalnya harga saham suatu hotel akan jatuh begitu diketahui depan hotel menjadi markas FPI. Karena orang memperkiraken tamu2 akan menurun, tatut FPI. Jika suatu perusahaan memenangken suatu tender besar, belum lagi letter of intent ditandatangani harga saham tsb sudah naik.Kadang2 harga saham tak ada sangkut pautnya dengan nilai perusahaan dan unjuk kerjanya. Misalnya ketika modal berlimpah banyak I memburu saham2 dan akibatnya harga saham naik karena diburu. Pada saat lain ketika N memperketat uang misalnya, banyak yang terpaksa melego saham2nya. Akibatnya harga saham2 menurun karena banyak yang obral kefefet butuh uang. Bisa jadi suatu sektor, migas misalnya, boom dan saham2 disektor lain dijuwal sehingga turun sementara saham2 migas naik.Kadang2 harga saham menjadi tak rasional karena berbagai tahayul yang beredar. Bisa melambung jauh tinggi dari harga wajar, bisa jadi sebaliknya. Kurang lebih seperti saat orang2 nubruk dollah sehingga harga dollah menjadi 12000. Saat ini banyak yang menilai bahwa harga saham irasional. Maka juwal beli saat2 ini adalah juwal beli tahayul Bersamaan dengan pasar modal ada pasar uang yaitu tempat pertukaran utang piutang. Negara atau institusi bisa menerbitken surat utang. Misalnya BI mengeluarken SUN (surat utang negara) dengan nilai nominal 1000 dan riba 10%. Maka surat utang tsb dijuwal dengan harga 900 dan setahun lagi yang beli, misalnya Lehman, akan menagih BI sebesar 1000. Karena kefefet butuh duit Lehman bisa menjuwal sun tadi kepihak lain seharga 950. Misalnya 3-4 bulan sebelum jatuh tempo. Tidak seperti pasar saham yang bener2 ‘pasar’ yaitu ada tempatnya, pasar uang tidak ada. Juwal beli dilakuken oleh masing2 pihak.
Kalo pasar (k)utang bisa saja dikampung seperti ini
Bisa diemperan toko
Ada pula yang memajang (k)utang anti kemplang
Saham, pasar modal, pasar uang adalah untuk tingkat intermediate sehingga kita cukupi disini dolo agar bisa fokus ke struktur fundamental kapitalisme.
Mangsih banyak yang harus kita ketahui dalam dasar2 kapitalisme. Misalnya- monopoli- dilema free fight- privatisasi- konsumerisme- kesenjangan- perusakaan lingkungan- dilema sosialisme dalam kapitalisme.- piramida kapitalisme
Posisi N sebagai sang irigator adalah dilematis. Riba terlalu rendah salah, terlalu tinggi juga salah. Uang beredar berlebih salah, kurangpun salah. Pajak rendah salah terlalu tinggi juga salah. Maka N harus piawai meracik proporsi. Jika salah dampak terberat selalunya sawah2 bagian bawah. Selalu. Maka posisi gubernur BI dan mentri keuangan menjadi kapling propesional. Politisi dan orang2 partai dilarang masuk dan jangan terlalu banyak intervensi.Topik kapitalisme bukanlah topik yang menarik dan akibatnya orang tak benar2 paham kapitalisme itu apa. Orang lebih demen nongton yang saru2. Maka kapitalisme menjadi benda asing yang tak begitu dikenal.
DASAR DASAR KAPITALISME VI
Piramida Kapitalisme 1.
Dalam Hindu ada kasta yaitu kelas2 dalam suatu mayarakat. Kelas teratas adalah kasta (1) bramhana lantas (2) raja2 dan pembesar2 negara (3) ksatria (4) waisa (5) sudra dan (6) pariya. Masyarakat sekarang tidak beda2 jauh dari dolo, hanya kedudukan brahmana (pendeta, biksu, pastor, uztadt, dukun, imam, dll) bervariasi. Dalam kapitalisme, piramida tak jauh berbeda. Perbedaannya adalah dalam dominasinya. Berikut piramidanya
Papan atas bukan lagi kasta Brahmana ketika Gereja disingkirkan dari ketetanegaraan sejak jaman pencerahan. Di Jawa raja2 Jawa dolo adalah raja serakah. Kasta brahmana + raja dirangkap! Maka raja2 Solo bergelar Sunan, padahal sunan adalah gelar brahmana Islam. Dalam masyarakat komunis brahmana dibinasakan. Gambar diatas entah dimana, barangkali di USA dan Eropah dimana brahmana mangsih punya kedudukan tetapi tak lebih sebagai pembuwal penyebar tahayul menurut karikaktur ini.Strata pertama adalah kepala negara beserta kaki tangannya. Dalam topik kita, mereka yang kita sebut sebagai N. E+I+K berada distrata keempat, tak beda2 dengan jaman Hindu sebagai kasta Waisa. Bedanya, Waisa2 ini biarpun secara hirarki berada dibawah N, mereka bisa membeli N. Kolusi N+E sudah melegenda dan ndak usah kita bicaraken. Ngabis2an pulsa!
Dibawah E+I+K ada satu lapis yang tak tampak dalam karikaktur, mereka adalah dari CEO + eksekutip + manajemen + pakar + staff. Mereka adalah ‘begundal2’ E+K+I. Dibawahnya lagi mangsuk kasta Sudra adalah buruh, tani, nelayan, dan pekerja2 informal. Dan lapis paling bawah adalah kasta Pariya kaum marjinal, pengemis, gelandangan, dan kaum miskin lainnya.
Munculah oposisi atas ‘ketidak adilan’ kasta. Digagas oleh Karl Mark Komunisme lahir sebagai oposisi diametral kapitalisme. Komunisme adalah perjuangan kelas, jelasnya menghapus kasta. Kelas2 E+I+K beserta begundal2nya dibinasaken. Kasta brahmana dituduh penipu karena menyebar luasken tahayul yang menjadi legitimasi E+I+K membenarken perbuatannya. Maka rumah2 ibadah, kitab2 mitos dan segala perniknya dihancur luluhken. Diganti dengan tahayul baru : komunisme. Slogannya : duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Sama rata sama rasa. Orang seperti gambar dibawah ini, dalam komunisme kakinya harus ditebang sebab berdiri lebih tinggi!
Jika orang dibawah ini dipakai sebagai ukuran maka banyak warga komunis kakinya harus ditebang.
Dalam komunisme berlaku gaji PGPS (Pinter Gebleg Penghasilan Sama). Itulah kesalahan komunisme menyama rataken semua orang. Kelas2 atau kasta2 akan selalu ado sejak jaman ribuan tahun yll sampai sekarang. Kesenjangan adalah tema sentral dalam dilema kapitalisme. Kita bicaraken pada kesempatan lain.Kesalahan fundamental lain dari Komunisme adalah pendapat bahwa imabalan = upah atas kerja. Salah! E+I+K mendapat imbalan bukan atas kerja tetapi resiko yang harus mereka pikul. Ada E yang bekerja, maka ia punya (1) upah sebagai pekerja, (2) bonus sebagai eksekutip dan (3) laba/rugi sebagai pemikul resiko. I, kalo ndak bekerja, hanya mendapat (3). K mendapat riba. Disini berlaku high risk high gain. Lenkapnya ada dalam kwadran2
1. High risk high gain : sebagai E+I2. High risk low gain : contoh pawang gajah.Di bonbin Gembiraloka Yogya ada monumen pawang gajah namanya Slamet yang mati karena diamuk gajah yang dirawatnya.3. Low risk low gain : K4. Low risk high gain : lihat gambar
a. lotre
b. berdoa
Kesalahan komunisme terlihat jelas sbbPSK : sex for moneyBuruh : work for moneyE : other people’s risks to make moneyI : buy risk in exchange of gainK : riba for my money.
Kapitalisme adalah demokratis. Tidak semua orang bisa menjadi E tetapi menjadi I gampang. Tinggal beli saham. Tetapi untuk menjadi I tidak cukup punya uang dowang, harus greed plus syaraf baja plus nyali dengan resiko jadi kéré. Apapun posisi anda, menjadi begundal E+I+K, buruh, K, atau apalah, adalah pilihan masing2 dan semua pilhan adalah baik. Jika memang takut jadi I, jangan memaksa diri. Nyang penting nyang nglakoni ayem tentrem. Tak ada gunanya mengejar sesuatu dengan hidup dalam keresahaan.
Piramida Kapitalisme 2.
Dalam kapitalisme eksponennya adalah E dan tidak semua E kasta waisa kaya. E mulai dari tukang tambal ban sampai sekelas Bill Gates, Ingmar Kamprad, dll. Maria Ozaru bukan E biarpun punya modal sebab definisi E tidak sebatas punya modal tetapi punya perusahaan. Statistik menunjukken bahwa justru E skala2 kecil lebih banyak dari yang skala besar. contoh paling jelas adalah pemborong bangunan. Yang besar2 seperti waskita karya, adhi karya, hutama karya, dll, jumblahnya tak seberapa jika dibandingken dengan pemborong2 kecil sampai ke skala2 mandor2. Demikianpun untuk restoran2, resto2 besar jumlahnya sikit dibanding dengan warung2 makan yang berserak dimana2. belum kalo dihitung tukang bakso. Di Kali Fornia bisnis kecil sampai 3.7 juta. Hanya di industri2 tertentu harus skala besar seperti otomotif, pesawat terbang, baja, dst.I pada negara2 biang kapitalis seperti USA adalah masyarakat umum. Konon 50% WNUSA punya saham dibanding RI yang hanya 1%. Yang skala besar adalah seperti Warren Buffet, George Soros, dll. Jika harus mendefinisiken I dalam satu kata maka I = botoh = gambler = penjudi. Tentu saja I akan menjelasken sampai mulutnya berbusa bahwa mereka bukan penjudi. Berbeda dengan E yang bisa pariya dan sudra, I+K selalunya kasta waisa. Sejak Robert Kiyosaki menulis buku rich dad poor dad, barangkali populasi I naik.K adalah individu2 yang menitipken dananya ke institusi2 keuangan umumnya bank. Jika USA adalah negara dengan utang terbesar maka RRC dan Jepang adalah K terbesar
Sangking besarnya, orang2 Jepang sampai binun duitnya akan di(k)utangken ke siapa. Akirnya ada yang dipakai sendiri, tetapi di(k)utangken pada tempat yang salah!
RI belum menjadi K, mangsih debitor pengutang. Utangnya sampai akir 2006 adalah sbb, dalam milyar dollah
Banyak komentar2 naif, RI kemblegan utang, pegimane nyicilnya? Kalo bisa nyicil ya dicicil, kalo ndak bisa perpanjang perpanjang perpanjang perpanjang. Ini lazim. Kemarin telah saya posting utang USA. Inget jumblahnya? 9 trilliun dollah! Nyang penting adalah utang sehat = good debt. RI termangsuk kategori modal cukupan utang cukupan. Utang RI transparan, ada jendelanya sehingga kita bisa melihat modal membesar atau mengecil.
Dibawah E+I+K ada jajaran begundal2nya mulai dari CEO, eksekutip, manajemen, pakar sampai ke staff. Max Weber berteori (=bertahayul) bahwa kapitalismu didukung oleh etika kerja keras, hemat, disiplin, dll, akibat etika protestan. Si Max benar bahwa ada sifat2 itu yang membuat kapitalisme bersemi tetapi ia salah identifikasi. Orang2 yang punya karakter seperti itu bukanlah karena latar belakang agama atau bangsa melainken sifat atau typologi tertentu. Otto Kroeger meneliti banyak sampling di korporasi2 dan sampai pada kesimpulan bahwa korporasi2 disominasi type tertentu, sebut saja namanya type SJ (Saya Juga).
Pada level pariya di korporasi2, semua type ada. Pada level madya populasi SJ naik dan pada level eksekutip populasi SJ sangat tinggi. SJ memiliki sifat2 seperti yang dibilang si Max yaitu etika kerja tinggi, taat aturan, tanggung jawab, andal, hemat, dst. Satu lagi sifat SJ yang akan menjadi tulang punggung kapitalisme adalah mereka organisator ulung, administrator summa cum laude, dan eksekutor par excellence. Eksekutip2 korporasi ini kadang disebut corporate warrior.
Itulah konsekuensi dari kapitalisme : inequality = kesenjangan. Munculnya kasta2. Dolo RRC adalah negara komunis sesudah kolusi dengan kapitalisme RRC menjadi makmur. Tiga dari lima bank terbesar kelas dunia adalah bank babah2 RRC, cadangan devisa terbesar adalah juga RRC. Ndak heran K jadi ribawan. Ekses dari kapitalisme mulai muncul : kesenjangan, korupsi dan kolusi.Salah satu metode untuk merataken kesenjangan adalah melalui kebijakan fiskal. Kebijakan ini sukses dilakuken negara2 skandinavia. Mereka ramah terhadap kapitalisme yaitu dengan memangkas pajak2 persero, pajak kapital gain, dan pajak dividen. Tetapi mereka kejam terhadap pajak penghasilan pribadi. Akibatnya kesenjangan dalam hal upah menipis. Taktik ini tidak bisa dijalanken semua negara. Lain padang lain belalang.RI sekarang memangkas pajak2 buat E+I, yang berarti memperkaya mereka, dan menaikken pajak K. Tahap kedua adalah intensifikasi pajak. Obyek pajak akan diperluas. Nantinya segalanya akan dipajaki. Daripada bikin UU porno barangkali porno dijadiken obyek pajak adalah gagasan yang lebih baik. Jangan2 milis2 kena pajak.Pemungutan pajak di RI ada baiknya disubkontrakken ke swasta. Calon terbaik : FPI. Pasti efektip . Dijamin sukses.
DASAR DASAR KAPITALISME VII
Kisah utang RI.
Selasa, 14 Oktober 2008 - 11:55 wib
Puluhan aktivis yang tergabung dalam koalisi antiutang (KAU) melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung World Bank di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Pusat.Dalam aksinya, massa mendesak penghapusan utang yang tidak sah oleh Bank Dunia. Karena dengan hal tersebut, massa menilai dapat menyebabkan krisis iklim."Kebijakan bank dunia tidak berpihak kepada rakyat dan merugikan masyarakat dunia. Sehingga mengakibatkan tidak hanya terjadi krisis ekologi, tetapi krisis finansial yang terjadi di seluauh dunia saat ini," ujar Koordinator KAU, Dani Setiawan dalam orasinya di depan Gedung World Bank, Selasa (14/10/2008).Dalam aksinya, massa membawa bola dunia berukuran besar. Mereka juga melakukan aksi teaterikal yang menunjukkan kesengsaraan akibat kebijakan Bank Dunia itu. Pantauan okezone, aksi ini dikawal ketat puluhan satuan pengaman SCBD.
Pertama : mau ngemplang? RI mau ngemplang? Dalam kapitalisme K memiliki keistimewaan : seharusnya tidak dikemplang. Barang siapa mengemplang ia akan dikucilken oleh masyarakat K. Sokoguru kapitalisme adalah E+I+K+N. Jika K sebagai salah satu tiangnya ndak ado, bangunan akan ambrol. Sekarang saja semua N terkencing2 menjamin K.Kedua, simak kisah sbb. E (+I) punya modal 300. Yang 100 buat modal kerja dan yang 200 + utang K 800 beli hotel-A seharga 1000 dan jadi agunan. Setelah sekian tahun, E nyicil sehingga utangnya tinggal 600. E kemudian mendekati K dan mintak agunan dievaluasi. Ternyata harga hotel lebih dari 1000. Maka K mintak utang diperbarui dan disetujui utang yang tinggal 600 ditambah 200 lagi menjadi 800.Dengan uang 200 tadi, E membayar uang muka hotel-B. E lantas ke K lagi ngutang 800 dengan agunan sertipikat hotel-B. Karena pasaran hotel tadi 1,100, K setuju. Maka E sekarang punya dua hotel. Bersamaan dengan itu utangnya membengkak menjadi dua kali lipat. Bertambah kaya utangnya bukan berkurang mbalah tambah bengkakItulah modus operandi kapitalisme : utang utang utang utang utang utang utang ... dst. Banyaknya utang bukan selalu kabar buruk, bisa justru sebaliknya, banyak utang berarti modal membesar! Jika K memiliki utang 8000 itu bisa berarti ia punya 9-11 hotel! Modalnya yang semula 300an jadi 2000 lebih. Apa artinya? Cicilan = akumulasi modal!Tentu saja dalam kenyataan prosesnya tak sesederhana dan segampang itu. Intinya utang besar bukan selalu berarti kabar buruk. Tetapi juga jangan tergesa menyimpulken itu good news. Kita lihat.RI sejak jaman kelahiran orba 1966 telah ngutang ke IGGI. Mula2 ngutang 200 juta dollah. Pada 1991 Jan Pronk boss IGGI mulai bawel, bukan lagi ngurusi kutang tetapi bising2 urusan non utang. HMS marah, dan Jan Pronk beserta Belanda dipecat! Tanpa pesangon. Kemudian ganti ngutang ke CGI sampai tahun 1997. Ketika terjadi krismon terpaksa RI ngutang lebih besar. Masih inget gambar sbb :
Itu adalah kenangan pahit ketika RI kena krismon terpaksa terbongkok2 kepada tuan IMF. Bagaimanapun juga HMS adalah representasi WNI yang diberlakuken sebagai ‘pesakitan’ seolah RI bangsa yang dungu. Sekarang ketika USA dan negara2 maju termehek2 mangsalah krisis finansial, ketahuan yang dungu bukan hanya RI Belum lama ini CGI dan IMF kita lunasi. Apakah utang kita berkurang? Bukan! Itu hanya sekedar ganti BRI ke BCA. Kenapa? Karena CGI dan IMF bawel seperti nenek2 lampir. Kedua, pusat K bergeser ke Asia. Sodara tua Jepang adalah langganan K lama, dari dolo. Babah RRC sekarang K numero uno. Petro dollah Arabia juga banyak duit. Era kreditor barat sudah berakir. Ketiga, pasar uang dalam negri dah jalan dan RI sudah kepasar uang swasta ke USA.Apakah utang kita bad or good ? Pertama adalah kriteria layak utang dolo. Kalao kita KPR maka ada rasio utang-agunan, 20% dari kita sisanya dari K. Dalam hal yang ngutang negara maka yang dipakai antara lain adalah rasio utang dengan GDP. GDP itu gampangnya tingkat produksi suatu negara. Rasio ini maksimum 60an % dan RI berada pada 30-40%. K akan mau ngutangi RI.Ada utang yang bad misalnya karena dipakai buat bailout waktu krismon dulu, dikorupsi, bencana, kenaikan BBM tak terduga yang membengkakken subsisi, BUMN rugi, dll. Ada juga yang produktip disalurken ke sebagai kredit usaha, kpr, dll. Ada pula yang dipakai untuk infrastruktur dimana benefitnya baru ketahuan sesudah jangka panjang. Ada juga yang kalo tidak dibiayai dengan utang, kerugiannya jauh lebih besar. Sulit bagi kita untuk menyimpulken tanpa data2. Koalisi Anti Utang hanyalah LSM kecil. Mereka tidak benar2 tahu apakah utang sekarang kekecilan, kegedean, atau sudah pas? KAU pikir (k)utang RI sudah kegedean seperti ini
Kesimpulan : bebas utang itu baik tetapi bukan keharusanKalo jatuhnya lebih menguntungken tambah utang, kenapa tidak? Yang jadi persoalan adalah bagaimana mendayagunaken utang semaksimum mungkin. Bukan dengan mengurangi utang.Suplemen dari postingan Dasar2 Kapitalisme VIIJam Utang
Yang bising2 utang membengkak bukan hanya Koalisi Anti Utang di RI, di USA banyak yang juga bising karena utangnya yang naudzubilah besarnya. Ada banyak ‘jam utang’ dipajang disono menunjukken utang berapa dan utang per keluarga jadi berapa.
http://www.brillig.com/debt_clock/U.S. NATIONAL DEBT CLOCKThe Outstanding Public Debt as of 21 Oct 2008 at 11:44:02 PM GMT is:
Populasi USA 305 juta maka tiap WNUSA punya utang $34,000. Jika sekeluarga tiga orang maka per keluarga punya utang 100,000 dollah = semilyar rupia.Jika cara itu dipakai, utang WNI per kepala = 750an dollah = rp. 7.5 juta. Jika sekeluarga 4 orang maka per keluarga punya utang 30 juta.
DASAR DASAR KAPITALISME VIII
Mekanisme Harga
Dalam sesi ini kita membahas pertanyaan : siapa yang menetapken harga. Kenapa harga2 berubah2 seperti minyak dari 140 bisa turun ke 75 segentong.Dalam kapitalisme monopoli, kecuali oleh N, hukumnya haram. RI dijaman kelahiran rekiblik mengawali dengan memberi monopoli kepada segelintir orang. Namanya program benteng diarsiteki oleh Sumitro Djoyohadikusumo. Yang tersisa antara lain NV. Hadji Kalla, Achmad Bakrie, dan Soedarpo Corporation. Jaman HMS praktek ini diulangi lagi kepada kroni2 HMS antara lain Probosutejo monopoli cengkeh, Liem monopoli gandum, lantas ada Tommy dengan BPPC. Disusul kemudian era konglomerasi. Akir cerita sudah kita ketahui, kapitalis2 semu itu akirnya berguguran.
Kapitalisme identik dengan persaingan bebas, harga ditetapken oleh pasar. Dinegara komunis harga ditetapken N, kurang lebih seperti Pertamina. Persaingan 100% bebas tidak mungkin dijalanken karena akan menimbulken anarki dan N dibenarken sampai kadar2 tertentu mengintervensi pasar. Apa itu harga pasar? Harga pasar adalah harga yang ditetapken oleh hukum penawaran dan permintaan.Hukum ini, jika tak ada intervensi dan distorsi pasar, adalah tentang hubungan antara jumblah dengan harga. Jika jumblah berlimpah, harga rendah dan sebaliknya kalo langka harganya tinggi. Dimusim panen harga beras akan jatuh karena berlimpah dan sebaliknya dimasa paceklik harga jadi mahal. Ingat dongeng Nabi Yusuf? Ia menyuruh Firaun bikin lumbung padi dan menimbun semua padi dalam lumbung ketika panen. Ketika terjadi paceklik, harga sangat tinggi sehingga Firaun menjadi kaya raya karena monopoli.
Bulog adalah seperti kisah Firaun tetapi misinya bukan tamak seperti Nabi melainken menstabilken harga. Bank sentral, disini namanya BI dan di USA namanya Federal Reserve adalah tandon atau lumbung uang. Jika terjadi inflasi maka uang disedot. Dolo jaman HMS BI mengendaliken valas. Jika dollah naik ia borong. Sejak krismon, BI tak banyak mengintervensi valas. Artinya (lebih banyak) membiarken harga ditetapken pasar. Demikianpun tingkat bunga bisa diintervensi N.
Ada sebagian E yang membalik, kalo barang langka maka harga tinggi. Mereka memproduksi barang2 dengan jumblah terbatas menjadi barang langka dan bisa dijuwal dengan harga tinggi. Barang2 mewah dan ekslusip dibuat atas dasar azas ini. Opec adalah sebentuk upaya mengendaliken harga dengan cara mengendaliken jumblah produksi. Ketika harga jatuh, itu indikasi bahwa kebutuhan bbm menurun maka opec menurunken produksi.
Pajak dalam bentuk bea masuk bisa pula dipakai untuk mempengaruhi harga. Untuk melindungi harga2 produksi dalam negri, barang2 impor tertentu dikenaken bea masuk tinggi. Taktik ini kadang dipakai untuk memaksa produsen luar investasi kedalam demi mendapatken keringanan bea masuk. Praktek pengenaan beamasuk adalah kontroversi dan dilema ‘perdagangan bebas’. Semua menghendaki agar barang2 masuk kenegara lain dengan bea serendahnya. Jika bea diperlunak produsen dalam negri kalah kalo bea dikenaken tinggi konsumen yang harus tombrok.
Dampak positip dari persaingan bebas adalah barang2 yang diproduksi semangkin lama semangkin murah semangkin bagus. Dolo HP sebesar tas ransel dan harganya muahal, sekarang lebih kecil lebih berdayaguna dan lebih murah. Demikian kecilnya sehingga bisa dipakai sebagai anting2.
HP juga bisa untuk memanjangken alat vital.
Ekses negatip adalah konsumerisme. Kita dijadiken sasaran buang produk kapitalisme, dikadali supaya tamak. Membeli2 barang2 yang tak perlu2 banget. E+I juga berdakwah kurang lebih sama dengan dakwah agama yaitu juwal tahayul. Merek2 tertentu sebenernya kandungan tahayul. Pakaian dan aksesoris misalnya, adalah secara produk sebenernya gombal, literaly and figuratively. Dengan dakwah nilai gombal ini didongkrak jauh melebihi harga produksi. Barang seharga sejuta harga pokoknya barangkali hanya 100-200,000. Selisihnya adalah harga tahayul. Kandungan harga tahayul juga tinggi pada saham2.
Media iklan tambah rame dengan dakwah2 politik yang isinya juga tahayul2 mlulu.
Tips for Stock Investor
1. Understand the Stock Market
The more you understand, the more you'll knowwhat to do with your investment.
You should...
{Read books that can give you the big pictureon how the stock market works. Then browse websites thatoffer stock trading simulation for you to practicewhat you've learned. As much as possible, familiar yourselfwith all the terms and systems used in stock and othersecurities trading.}
2. Find out all You can about your Broker
It is absolutely vital that you completelytrust your broker and have faith in thesecurities firm that the dealer represents.
You should...
{Your trading in the stock marketwill be carried out through astock brokerage firm which is a memberof the stock exchange. Make sure youchoose a reputable and reliable broker.}
3. Set long-term Goals
Long-term investments to yield betterreturns over time than short-term ones.
You should...
{The stock market is designedfor both long and short-term investments.However, while occasional market crashescan wipe out the short-term investors,those who set their sights long-termcan expect to recover and grow the valueof their investments over time.}
4. Invest only a Portion of Your Earnings
Investments have an upside as well as downsidepotential. Always remember that you have risk ofloosing that investment.
You should...
{There is no such thing as a risk-freeinvestment. Determine how much moneyyou and your family will absolutelyneed for living expenditure,decide how much you want to save,and then only use the remaining moneythat you have for your stock investments.}
5. Choose the Company You Invest in Wisely
Get informed knowledge and advice onthe companies that you decide to invest in.
You should...
{You do not have to be a financialanalyst to figure out the balancesheet of a company, but it will helpif you have rudimentary(inside and outside)knowledge on how if not, go to someonewho does. Understanding how companiesperform and their future prospectsis crucial to stock investing.}
6. Diversify Your Holdings
No one should invest all their moneyin just one industry or one asset category.
You should...
{In the stock market, as in the real world,different industries cannot be expectedto shine at the same time. At any givenyear, some industries will perform well,others not so well. By deversifying ourholdings, we reduce the risk of beingexposed to the poor performance ofany one industry or asset category.
7. Avoid Market Timing
There is no full proof system topredict when is the right time tobuy or sell stocks.
You should...
{Most successful investors do not watch themarket constantly in order to buy 'low' and sell'high'. Nor do they perpetually move in and outof different stocks. If there is indeed a full-proofsystem of predicting where the market will go, wouldn't you think that everyone will be richfrom the stock market by now?}
8. Prepare Yourself for Good and Bad times
Even the Best Managed companiescan have their bad days.
You should...
{Even after you have taken every precaution,and followed the advice of every expert in themarket, there will be times when you will losemoney on your trade. You simply cannot winor profitable on your investments all the time.So be prepared for the bad times and don't letemotions get the best of you.}
9. Remain Focused on Your Goals
Remember your long-term plan and neverlose the focus of your goals overtemporary events.
You should...
{Unfolding events, however disastrous,may just be temporary in nature. In otherwords, stock markets have always recoveredfrom crashes, no matter how large they are.So, unless you are in the marketfor the short term, hold on to your investmentsand give a chance for the market to recover.}
10. Review Your Needs from time to time
We should review our investment strategies from timeto time, to adjust to changing needs or new opportunities.
You should...
{Sometimes our financial needscan change from time to time. Or newinvestment opportunities may arise.Good investments often requireflexibility even as we remain focusedon our long-term goals.}
11. Beware of investment scams
Don't be taken by investment offerswhich appear highly appealing, but whichyou know little about.
You should...
{The stock market has its share of scamsand fraudulent activities. Even when the stockmarket is not to blame, there are companiesthat are driven to ground by bad management orembezzlement. All these can harm your investments.So, do your due diligence and never act withoutsound knowledge.}
12. Continue to Learn as You go
Investing in the stock market can be a lifetimelearning. If you want to save money, learn fromthe mistakes of others.
You should...
{No matter how knowledgeable you may be aboutthe market, it always pays to seek for and listento professional advice. Remember that if you makeunwise decisions in stock investment, you couldend up losing some or most your investments.}
for (i = 1; i
The more you understand, the more you'll knowwhat to do with your investment.
You should...
{Read books that can give you the big pictureon how the stock market works. Then browse websites thatoffer stock trading simulation for you to practicewhat you've learned. As much as possible, familiar yourselfwith all the terms and systems used in stock and othersecurities trading.}
2. Find out all You can about your Broker
It is absolutely vital that you completelytrust your broker and have faith in thesecurities firm that the dealer represents.
You should...
{Your trading in the stock marketwill be carried out through astock brokerage firm which is a memberof the stock exchange. Make sure youchoose a reputable and reliable broker.}
3. Set long-term Goals
Long-term investments to yield betterreturns over time than short-term ones.
You should...
{The stock market is designedfor both long and short-term investments.However, while occasional market crashescan wipe out the short-term investors,those who set their sights long-termcan expect to recover and grow the valueof their investments over time.}
4. Invest only a Portion of Your Earnings
Investments have an upside as well as downsidepotential. Always remember that you have risk ofloosing that investment.
You should...
{There is no such thing as a risk-freeinvestment. Determine how much moneyyou and your family will absolutelyneed for living expenditure,decide how much you want to save,and then only use the remaining moneythat you have for your stock investments.}
5. Choose the Company You Invest in Wisely
Get informed knowledge and advice onthe companies that you decide to invest in.
You should...
{You do not have to be a financialanalyst to figure out the balancesheet of a company, but it will helpif you have rudimentary(inside and outside)knowledge on how if not, go to someonewho does. Understanding how companiesperform and their future prospectsis crucial to stock investing.}
6. Diversify Your Holdings
No one should invest all their moneyin just one industry or one asset category.
You should...
{In the stock market, as in the real world,different industries cannot be expectedto shine at the same time. At any givenyear, some industries will perform well,others not so well. By deversifying ourholdings, we reduce the risk of beingexposed to the poor performance ofany one industry or asset category.
7. Avoid Market Timing
There is no full proof system topredict when is the right time tobuy or sell stocks.
You should...
{Most successful investors do not watch themarket constantly in order to buy 'low' and sell'high'. Nor do they perpetually move in and outof different stocks. If there is indeed a full-proofsystem of predicting where the market will go, wouldn't you think that everyone will be richfrom the stock market by now?}
8. Prepare Yourself for Good and Bad times
Even the Best Managed companiescan have their bad days.
You should...
{Even after you have taken every precaution,and followed the advice of every expert in themarket, there will be times when you will losemoney on your trade. You simply cannot winor profitable on your investments all the time.So be prepared for the bad times and don't letemotions get the best of you.}
9. Remain Focused on Your Goals
Remember your long-term plan and neverlose the focus of your goals overtemporary events.
You should...
{Unfolding events, however disastrous,may just be temporary in nature. In otherwords, stock markets have always recoveredfrom crashes, no matter how large they are.So, unless you are in the marketfor the short term, hold on to your investmentsand give a chance for the market to recover.}
10. Review Your Needs from time to time
We should review our investment strategies from timeto time, to adjust to changing needs or new opportunities.
You should...
{Sometimes our financial needscan change from time to time. Or newinvestment opportunities may arise.Good investments often requireflexibility even as we remain focusedon our long-term goals.}
11. Beware of investment scams
Don't be taken by investment offerswhich appear highly appealing, but whichyou know little about.
You should...
{The stock market has its share of scamsand fraudulent activities. Even when the stockmarket is not to blame, there are companiesthat are driven to ground by bad management orembezzlement. All these can harm your investments.So, do your due diligence and never act withoutsound knowledge.}
12. Continue to Learn as You go
Investing in the stock market can be a lifetimelearning. If you want to save money, learn fromthe mistakes of others.
You should...
{No matter how knowledgeable you may be aboutthe market, it always pays to seek for and listento professional advice. Remember that if you makeunwise decisions in stock investment, you couldend up losing some or most your investments.}
for (i = 1; i
Apa Sih Repo Saham itu...
Galibnya sebuah kegiatan ekonomi di masyarakat kerap diwarnai oleh aktivitas pinjam-meminjam. Bisa meminjam uang kepada teman sekantor, meminjam pada perusahaan tempatnya bekerja, maupun meminjam ke bank dalam bentuk kredit. Salah satu bentuk aktivitas pinjam meminjam tersebut adalah: Gadai.
Pada aktivitas masyarakat umumnya nama pegadaian identik dengan salah satu perusahaan BUMN bernama Perum Pegadaian, meskipun tidak sedikit kita jumpai bisnis pegadaian dilakukan oleh perusahaan swasta. Pada dasarnya kegiatan ini hanya melibatkan dua aktor utama saja, yakni Pihak yang Memerlukan Uang dan Pihak yang Memiliki Uang. Gadai-menggadai di masyarakat kita telah sangat populer, bahkan kerap dijadikan sebagai salah satu instrumen perekonomian keluarga yang sering diistilahkan sebagai instant cash activity, karena prosesnya yang lebih sederhana ketimbang meminjam ke bank (kredit). Pihak yang memerlukan uang tinggal datang saja ke kantor Pegadaian dengan membawa barang jaminan, lalu kantor Pegadaian akan menaksir value (nilai layak) dari barang yang akan digadaikan tersebut. Setelah itu barulah kantor Pegadaian memberikan plafon pinjaman kepada Pihak yang akan menggadaikan barangnya tersebut dengan. Selain kedua Pihak tadi, ada hal lainnya dari bisnis pegadaian ini, yakni: uang (fund), bunga gadai (applied interest rate) dan jangka waktu gadai (expiry date).
Aktivitas gadai-menggadai ini telah lama ada di tiap stratum ekonomi riil kita. Setidaknya ada beberapa keuntungan (benefit) yang biasa didapat dari aktivitas pegadaian tersebut, yakni:
Pertama, aktivitas gadai menjadi jalan pintas (cutting edge) bagi pihak yang memerlukan dana cepat namun tidak ingin menjual barang jaminannya. Seorang ibu tidak ingin kalung emas tanda kasih suaminya dijual begitu saja, karena memiliki nilai historis (unvaluable) meski ditawar orang dengan harga berlipat sekalipun.
Kedua, setidaknya menggadai barang akan jauh lebih cepat mendapatkan dana pinjaman (instantly jika dibandingkan meminjam ke bank (kredit) yang membutuhkan penilaian jaminan berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Dengan demikian kelancaran aktivitas ekonomi keluarga tidak terganggu (undisrupted activity).
Ketiga, meski dibebani bunga yang lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga kredit komersial perbankan (karena bunga pegadaian biasanya bersifat bunga-berbunga/compounding interates atau bunga majemuk), tetap saja menguntungkan bagi sebagian kalangan yang sangat membutuhkan uang instan tersebut untuk membayar kuliah, membelikan hadiah ulang tahun sang pacar, atau bahkan untuk membeli kebutuhan yang lebih medesak dan lebih pokok (urgently needs).
Namun demikian aktivitas gadai-menggadai bukan tanpa risiko, karena jika pada saat jatuh tempo si peminjam tidak dapat mengembalikan dana pinjamannya tersebut, maka pihak pegadaian akan melelang/menjual barang jaminan. Atau jika pihak pegadaian dilakukan oleh perusahaan swasta yang serampangan bisa saja barang yang dijadikan jaminan kembali tidak utuh.
GADAI DI PASAR MODAL
Pada aktivitas ekonomi yang lebih modern, di Pasar Modal (baca: Bursa -pen), ada juga aktivitas gadai-menggadai. Hampir sama dengan jenis kegiatan pegadaian biasa, hanya saja jaminan gadai berupa surat berharga (seperti: saham, obligasi, comercial paper, dll.) yang mudah dicairkan jika pada saat jatuh tempo Pihak yang menggadaikan surat berharga tersebut gagal bayar, maka surat berharga jaminan gadai tersebut dapat dijual (dilikuidasi) di pasar modal. Aktivitas gadai di pasar modal kita itu disebut sebagai “Transaksi Repo” (berasal dari istilah berbahasa Inggris “Repurchase Agreement”). Artinya pihak yang menyerahkan barang jaminan (penjual Repo) “wajib” membeli kembali (baca: menyerahkan -pen) surat berharga jaminan Repo/gadai tersebut kepada pemilik dana (pembeli Repo).
Di negara yang telah memiliki bursa yang lebih maju bahkan gadai-menggadai dua jenis, yakni: Repo dan Reverse Repo (kebalikan dari Repo). Anda dapat memantau harga-harga bunga Repo dan Reverse Repo berbagai saham/obligasi mancanegara lewat situs-situs berita semisal Bloomberg. Reuters, dll. Sangat transparan, likuid dan dimonitor secara ketat oleh otoritas bursa setempat.
Bagi para investor di pasar modal, Transaksi Repo Saham atau pun Repo Obligasi kerap kali dipakai sebagai “peluang” investasi yang menjanjikan keuntungan yang cukup gurih, dikarenakan pendapatan bunga Repo lebih tinggi dari bunga deposito, bahkan lebih tinggi lagi dari yeild/pendapatan dari kupon bunga oblogasi korporat sekalipun. Risikonya tentu saja lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan dana di deposito atau hanya membeli obligasi saja, oleh karena terdapat risiko gagal bayar dari si pemilik barang aslinya tadi.
Ada 3 jenis risiko yang penting diketahui oleh para calon investor yang akan mendulang keuntungan pada Transaksi Repo, yakni:
Pertama, performa emiten yang menerbitkan saham/obligasi memiliki kinerja keuangan yang buruk. Investor Repo kerap tidak terlalu menghiraukan kesehatan arus kas dan neraca pembayaran pada pihak emiten yang mau menggadai/Repo saham atau obligasinya tersebut. Hal ini berisiko pada gagal bayar pada saat jatuh tempo.
Kedua, jenis saham/obligasi yang dijadikan subyek Repo tidak cukup likuid, bahkan lebih berisiko lagi jika nilai dana yang di-Repo-kan jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah transaksi harian, bulanan, atau bahkan akumulasi transaksi saham/obligasi tersebut dalam 3 bulan terakhir. Sehingga jika emiten gagal bayar, Investor Repo sangat sulit menjual ‘barang’ nya tersebut di bursa.
Ketiga, risiko pihak lain (counterparty risk). Ini terjadi jika pihak emiten yang menggadai saham/obligasi kepada Investor Repo tadi gagal bayar dan pada saat yang sama saham/obligasi tidak cukup liquid, sehingga pihak emiten harus mencari Pembeli Repo yang lain lagi. ( iya kalau dapat, kalau tidak? Niscaya dana kembali lebih lama lagi, atau pun ditawarkan kontrak perpanjangan gadai/roll over).
REALITA MAHLUK BERNAMA REPO
Di negara ijo royo-royo ini, risiko Transaksi Repo Saham dan Repo Obligasi lebih berlipat. Hal itu dikarenakan adanya itikad tidak terpuji (culas bin jahat) kerap dilakukan pihak emiten, misalnya: pihak emiten menggadai sahamnya kepada Investor Repo bukan untuk tujuan memperlancar arus kas perusahaan ataupun untuk men-support neraca pembayaran perusahaan tersebut menjadi lebih sehat.
Emiten ‘bengal’ ini memakai dana hasil Repo tadi untuk ‘menggoreng’ sahamnya ataupun grup usahanya yang lain (sebuah aksi koboy-koboyan yang mengerek naik harga saham secara irasional jauh dari kondisi fundamental perusahaan, ditambah dengan meniupkan rumors ataupun terkadang membayar ‘wartawan cepek’ agar terjadi good news di media untuk memperlancar akal licik tadi). Ulah culas ini memiliki derajat kejahatan yang sangat dahsyat dan membuat investor panic buying, bahkan pemakai margin trading yang tengah short terperangkap lebih parah lagi.
Lalu untungnya ada di mana? Untungnya ada di pihak si ‘bandar’ tadi. Dapat duit dari Investor Repo, plus profit pula dari dari kenaikan harga saham (bandar mustinya beli pada saat harga tiarap, dan ‘buang barang’ pada saat para investor ephoria buying, greedy). Hebat bukan? Ternyata tidak juga, rupanya Tuhan Yang Maha Kuasa tidak rela terjadi ketidak-fair play-an di bursa yang dijuluki “top notch” diantara bursa-bursa saham sejagad pada kurun 2006-pertengahan 2008 ini. Emiten-emiten culas dan jahat ini akhirnya terjungkal, dengan harga saham yang kini cuma seharga permen Sugus rasa strobery kesukaan anak saya.
Ulah nakal para ‘bandar’ Repo ini mustinya membuat kita ‘terjaga’ bahwa ada sekam dalam kehidupan pasar modal kita. Ada orang-orang ‘cerdas’ yang punya mental dingin membantai publik investornya sendiri, sesama anak bangsa. Semoga kejadian yang membuat citra buruk industri pasar modal kita tersebut dapat direnungkan dan segera diperbaiki oleh berbagai pihak, terutama bursa sebagai SRO, emiten, para praktisi pasar modal dan juga termasuk para Investor Repo.
Bagi anda para Investor, tentu saja uraian saya diatas tidak lantas menjadi alasan untuk alergi terhadap Transaksi Repo, karena masih banyak emiten-emiten yang benar-benar menjaga integritas. Emiten-emiten ‘waras’ tersebut tidak akan rela bila ‘kalung emas’ cermin harga diri/reputasi yang dihasilkan dari kerja keras belasan bahkan puluhan tahun tersebut dihancurkan oleh rotasi setan dan tak dapat dinilai (unvaluable) dengan dana ratusan milyar hasil Repo sekalipun, persis seperti seorang ibu tadi yang tidak mau kehilangan kalung emas yang dibelikan oleh suami tercintanya dengan keringat hasil kerja bertahun-tahun. They totaly happy with the way they do fair business.
Sebagai Investor hendaknya kita selalu melakukan check and re-check dengan memahami secara jelas kondisi emiten yang akan menggadai saham/obligasinya lewat laporan keuangan. Teliti sebelum membeli, jangan beli kucing dalam karung. Jangan anda lupa dana pokok investasi yang dimiliki dan ‘disilaukan’ hanya oleh seberkas sinar bernama: BUNGA REPO.
Pada aktivitas masyarakat umumnya nama pegadaian identik dengan salah satu perusahaan BUMN bernama Perum Pegadaian, meskipun tidak sedikit kita jumpai bisnis pegadaian dilakukan oleh perusahaan swasta. Pada dasarnya kegiatan ini hanya melibatkan dua aktor utama saja, yakni Pihak yang Memerlukan Uang dan Pihak yang Memiliki Uang. Gadai-menggadai di masyarakat kita telah sangat populer, bahkan kerap dijadikan sebagai salah satu instrumen perekonomian keluarga yang sering diistilahkan sebagai instant cash activity, karena prosesnya yang lebih sederhana ketimbang meminjam ke bank (kredit). Pihak yang memerlukan uang tinggal datang saja ke kantor Pegadaian dengan membawa barang jaminan, lalu kantor Pegadaian akan menaksir value (nilai layak) dari barang yang akan digadaikan tersebut. Setelah itu barulah kantor Pegadaian memberikan plafon pinjaman kepada Pihak yang akan menggadaikan barangnya tersebut dengan. Selain kedua Pihak tadi, ada hal lainnya dari bisnis pegadaian ini, yakni: uang (fund), bunga gadai (applied interest rate) dan jangka waktu gadai (expiry date).
Aktivitas gadai-menggadai ini telah lama ada di tiap stratum ekonomi riil kita. Setidaknya ada beberapa keuntungan (benefit) yang biasa didapat dari aktivitas pegadaian tersebut, yakni:
Pertama, aktivitas gadai menjadi jalan pintas (cutting edge) bagi pihak yang memerlukan dana cepat namun tidak ingin menjual barang jaminannya. Seorang ibu tidak ingin kalung emas tanda kasih suaminya dijual begitu saja, karena memiliki nilai historis (unvaluable) meski ditawar orang dengan harga berlipat sekalipun.
Kedua, setidaknya menggadai barang akan jauh lebih cepat mendapatkan dana pinjaman (instantly jika dibandingkan meminjam ke bank (kredit) yang membutuhkan penilaian jaminan berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Dengan demikian kelancaran aktivitas ekonomi keluarga tidak terganggu (undisrupted activity).
Ketiga, meski dibebani bunga yang lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga kredit komersial perbankan (karena bunga pegadaian biasanya bersifat bunga-berbunga/compounding interates atau bunga majemuk), tetap saja menguntungkan bagi sebagian kalangan yang sangat membutuhkan uang instan tersebut untuk membayar kuliah, membelikan hadiah ulang tahun sang pacar, atau bahkan untuk membeli kebutuhan yang lebih medesak dan lebih pokok (urgently needs).
Namun demikian aktivitas gadai-menggadai bukan tanpa risiko, karena jika pada saat jatuh tempo si peminjam tidak dapat mengembalikan dana pinjamannya tersebut, maka pihak pegadaian akan melelang/menjual barang jaminan. Atau jika pihak pegadaian dilakukan oleh perusahaan swasta yang serampangan bisa saja barang yang dijadikan jaminan kembali tidak utuh.
GADAI DI PASAR MODAL
Pada aktivitas ekonomi yang lebih modern, di Pasar Modal (baca: Bursa -pen), ada juga aktivitas gadai-menggadai. Hampir sama dengan jenis kegiatan pegadaian biasa, hanya saja jaminan gadai berupa surat berharga (seperti: saham, obligasi, comercial paper, dll.) yang mudah dicairkan jika pada saat jatuh tempo Pihak yang menggadaikan surat berharga tersebut gagal bayar, maka surat berharga jaminan gadai tersebut dapat dijual (dilikuidasi) di pasar modal. Aktivitas gadai di pasar modal kita itu disebut sebagai “Transaksi Repo” (berasal dari istilah berbahasa Inggris “Repurchase Agreement”). Artinya pihak yang menyerahkan barang jaminan (penjual Repo) “wajib” membeli kembali (baca: menyerahkan -pen) surat berharga jaminan Repo/gadai tersebut kepada pemilik dana (pembeli Repo).
Di negara yang telah memiliki bursa yang lebih maju bahkan gadai-menggadai dua jenis, yakni: Repo dan Reverse Repo (kebalikan dari Repo). Anda dapat memantau harga-harga bunga Repo dan Reverse Repo berbagai saham/obligasi mancanegara lewat situs-situs berita semisal Bloomberg. Reuters, dll. Sangat transparan, likuid dan dimonitor secara ketat oleh otoritas bursa setempat.
Bagi para investor di pasar modal, Transaksi Repo Saham atau pun Repo Obligasi kerap kali dipakai sebagai “peluang” investasi yang menjanjikan keuntungan yang cukup gurih, dikarenakan pendapatan bunga Repo lebih tinggi dari bunga deposito, bahkan lebih tinggi lagi dari yeild/pendapatan dari kupon bunga oblogasi korporat sekalipun. Risikonya tentu saja lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan dana di deposito atau hanya membeli obligasi saja, oleh karena terdapat risiko gagal bayar dari si pemilik barang aslinya tadi.
Ada 3 jenis risiko yang penting diketahui oleh para calon investor yang akan mendulang keuntungan pada Transaksi Repo, yakni:
Pertama, performa emiten yang menerbitkan saham/obligasi memiliki kinerja keuangan yang buruk. Investor Repo kerap tidak terlalu menghiraukan kesehatan arus kas dan neraca pembayaran pada pihak emiten yang mau menggadai/Repo saham atau obligasinya tersebut. Hal ini berisiko pada gagal bayar pada saat jatuh tempo.
Kedua, jenis saham/obligasi yang dijadikan subyek Repo tidak cukup likuid, bahkan lebih berisiko lagi jika nilai dana yang di-Repo-kan jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah transaksi harian, bulanan, atau bahkan akumulasi transaksi saham/obligasi tersebut dalam 3 bulan terakhir. Sehingga jika emiten gagal bayar, Investor Repo sangat sulit menjual ‘barang’ nya tersebut di bursa.
Ketiga, risiko pihak lain (counterparty risk). Ini terjadi jika pihak emiten yang menggadai saham/obligasi kepada Investor Repo tadi gagal bayar dan pada saat yang sama saham/obligasi tidak cukup liquid, sehingga pihak emiten harus mencari Pembeli Repo yang lain lagi. ( iya kalau dapat, kalau tidak? Niscaya dana kembali lebih lama lagi, atau pun ditawarkan kontrak perpanjangan gadai/roll over).
REALITA MAHLUK BERNAMA REPO
Di negara ijo royo-royo ini, risiko Transaksi Repo Saham dan Repo Obligasi lebih berlipat. Hal itu dikarenakan adanya itikad tidak terpuji (culas bin jahat) kerap dilakukan pihak emiten, misalnya: pihak emiten menggadai sahamnya kepada Investor Repo bukan untuk tujuan memperlancar arus kas perusahaan ataupun untuk men-support neraca pembayaran perusahaan tersebut menjadi lebih sehat.
Emiten ‘bengal’ ini memakai dana hasil Repo tadi untuk ‘menggoreng’ sahamnya ataupun grup usahanya yang lain (sebuah aksi koboy-koboyan yang mengerek naik harga saham secara irasional jauh dari kondisi fundamental perusahaan, ditambah dengan meniupkan rumors ataupun terkadang membayar ‘wartawan cepek’ agar terjadi good news di media untuk memperlancar akal licik tadi). Ulah culas ini memiliki derajat kejahatan yang sangat dahsyat dan membuat investor panic buying, bahkan pemakai margin trading yang tengah short terperangkap lebih parah lagi.
Lalu untungnya ada di mana? Untungnya ada di pihak si ‘bandar’ tadi. Dapat duit dari Investor Repo, plus profit pula dari dari kenaikan harga saham (bandar mustinya beli pada saat harga tiarap, dan ‘buang barang’ pada saat para investor ephoria buying, greedy). Hebat bukan? Ternyata tidak juga, rupanya Tuhan Yang Maha Kuasa tidak rela terjadi ketidak-fair play-an di bursa yang dijuluki “top notch” diantara bursa-bursa saham sejagad pada kurun 2006-pertengahan 2008 ini. Emiten-emiten culas dan jahat ini akhirnya terjungkal, dengan harga saham yang kini cuma seharga permen Sugus rasa strobery kesukaan anak saya.
Ulah nakal para ‘bandar’ Repo ini mustinya membuat kita ‘terjaga’ bahwa ada sekam dalam kehidupan pasar modal kita. Ada orang-orang ‘cerdas’ yang punya mental dingin membantai publik investornya sendiri, sesama anak bangsa. Semoga kejadian yang membuat citra buruk industri pasar modal kita tersebut dapat direnungkan dan segera diperbaiki oleh berbagai pihak, terutama bursa sebagai SRO, emiten, para praktisi pasar modal dan juga termasuk para Investor Repo.
Bagi anda para Investor, tentu saja uraian saya diatas tidak lantas menjadi alasan untuk alergi terhadap Transaksi Repo, karena masih banyak emiten-emiten yang benar-benar menjaga integritas. Emiten-emiten ‘waras’ tersebut tidak akan rela bila ‘kalung emas’ cermin harga diri/reputasi yang dihasilkan dari kerja keras belasan bahkan puluhan tahun tersebut dihancurkan oleh rotasi setan dan tak dapat dinilai (unvaluable) dengan dana ratusan milyar hasil Repo sekalipun, persis seperti seorang ibu tadi yang tidak mau kehilangan kalung emas yang dibelikan oleh suami tercintanya dengan keringat hasil kerja bertahun-tahun. They totaly happy with the way they do fair business.
Sebagai Investor hendaknya kita selalu melakukan check and re-check dengan memahami secara jelas kondisi emiten yang akan menggadai saham/obligasinya lewat laporan keuangan. Teliti sebelum membeli, jangan beli kucing dalam karung. Jangan anda lupa dana pokok investasi yang dimiliki dan ‘disilaukan’ hanya oleh seberkas sinar bernama: BUNGA REPO.
Rabu, 25 Maret 2009
Transaksi Saham: Game of The Death
Dalam dunia pasar modal, kita sering mendengar beberapa istilah slank, khususnya “Bandar”. Jika anda adalah seorang investor yang sudah makan “asam garam” dunia pasar modal, maka sudah pasti bahwa anda sangat familiar sekali dengan istilah tersebut atau mungkin anda adalah salah seorang pelakunya! Namun bagi anda yang baru “terjun” ke industri ini, tentunya anda akan bertanya, apa itu Bandar? Apakah sama dengan istilah bandar bola atau bandar judi? Secara definitif dan dalam konteks ini, tentunya dalam istilah slank juga, bandar dapat didefinisikan sebagai individu atau sekelompok individu yang menjadi pemegang saham mayoritas baik untuk 1 (satu) jenis saham ataupun sejumlah saham tertentu. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa didunia manapun yang namanya bandar tidak pernah kalah! Apakah itu benar? Jawabnya : belum tentu! Kenapa? Ingat biasanya pihak bandar mempunyai konsorsium tersendiri dan setiap individu yang tergabung didalamnya pasti mempunyai kepentingan masing-masing yang tersembunyi! Biasanya pihak konsorsium telah menentukan porsi dan peranan atas masing-masing individu/broker yang telibat. Berikut ini adalah ilustrasi sederhana atas hal diatas, sebutlah kelompok konsorsium “ABC” yang terdiri atas 5 (lima) broker, yakni A, B, C, D & E. Broker A, B dan C berperan sebagai pihak pembeli dengan ketentuan pada jam dan/atau waktu tertentu serta tingkat harga pembelian berikut jumlah volumenya. Sedangkan broker C & D berperan sebagai pihak penjual. Sehingga masing-masing broker akan melakukan peran sebaik-baiknya sesuai dengan kesepakatan awal. Nah, disinilah letak permasalahannya, setiap Owner dan/atau Dealer yang akan mengeksekusi transaksi pasti telah tahu pola-pola transaksi yang akan dilakukan dan jika mereka ingin cheating, maka mereka tinggal membuka opening account di broker-broker lainnya diluar konsorsium atau menggunakan nominee untuk mengecoh konsorsium. Jadi jelas bahwa pemeo “Yang Kaya Makin Kaya”, juga berlaku di bursa! Jika anda adalah part of them, tentunya anda tidak akan melewatkan kesempatan tersebut bukan? Nah, berangkat dari hal tersebut maka muncullah sejumlah rumor ataupun berita yang tidak jelas asal-usulnya baik dari media elektronik ataupun mulut Dealer dan Analis sendiri agar “proyek” individu dan konsorsium menjadi sukses! Bahkan ada juga sebagian individu yang tergabung dalam konsorsium “ABC” tersebut membentuk atau menjalin aliansi konsorsium baru agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar! Jadi dengan menjadi “orang dalam” yang tahu akan segala bentuk informasi intenal, dapat dipastikan bahwa konsorsium tandingan tersebut akan menjadi OKB (Orang Kaya Baru) dan SKS (Semakin Kaya Sekali)! Jika kita memperhatikan lebih seksama, transaksi perdagangan saham sebenarnya tidak berbeda jauh dengan sebuah game! Dan tentunya, setiap game ada yang menjadi winner dan looser!, masalahnya adalah siapa yang mau menjadi pihak yang kalah? Bagi yang kalah, tentunya pertandingan tersebut menjadi game of death! Dan kalau dibuat dalam bentuk joke, memang betul bahwa game of death berlaku bagi sebagian pelaku pasar dimana “ketidaktahuan” investor dimanfaatkan dan dimanipulasi sedemikian rupa oleh “pengetahuan” oknum-oknum tertentu! Contoh, sebutlah PT X, mempunyai saham yang akan listing di BEJ pada tanggal dan hari tertentu dengan harga penawaran dibawah Rp500 per saham. Jauh-jauh hari sebelum hajatan tersebut dimulai, mereka telah membentuk sindikasi dan melemparkan rumor ke pasar melalui sejumlah “kaki tangannya” bahwa harga saham PT X akan dibawa naik ke level Rp1.000 per saham bahkan jika level tersebut dapat dicapai, maka saham PT X akan “dikerek” ke level Rp2.000 per saham. Setelah rumor tersebut tersebar di kalangan para pelaku pasar ditambah lagi dengan adanya aksi dan rekomendasi accumulate buy oleh sejumlah broker-broker yang tergabung dalam konsorsium tersebut, maka para investor independen akan menjadi tertarik dan ikut berinvestasi dalam jumlah dan volume yang cukup besar. Tentunya harga saham PT X tidak akan langsung naik ke level idaman, karena terdapat beberapa faktor eksternal dan internal yang juga turut menjadi pertimbangan bandar untuk menggoreng! Jika jumlah size yang masuk kedalam perangkap telah terpenuhi, maka pihak bandar akan menjualnya sedikit demi sedikit agar realisasi return dapat segera dimulai! Dengan demikian, investor yang telah terbuai oleh mimpi sebesar Rp2.000 per saham menjadi panik dan parahnya mereka juga tidak mendapat informasi yang akurat akan kebenaran informasi tersebut! Bahkan jika mereka bertanya kepada corporate secretary PT X, maka jawaban “klise” yang sering kita dengar akan kembali dipakai, antara lain : “…wah, tidak tahu…atau…mungkin karena kondisi sosial politik, maka sentimen pasar jadi negatif, trus dampaknya ke harga saham kita…." Dengan demikian, akan banyak kambing hitam yang keluar dari mulut corporate secretary yang bersangkutan. Tentunya pada saat yang bersamaan, pihak bandar juga melakukan aksi buy back melalui sejumlah link untuk menadah saham PT X pada level-level tertentu! Terlebih-lebih jika corporate secretary tersebut bersikap ambivalen atau istilah pasarnya, do nothing! Maka kebingungan akan selalu menyelimuti kalbu pelaku pasar! Dalam konteks ini, penulis menggarisbawahi bahwa sangatlah penting bahwa keterbukaan informasi di Bursa Efek Jakarta benar-benar dilakukan secara tegas dan konsekuen, bukan hanya sekedar slogan-slogan indah yang enak didengar! Apalah arti kata-kata “good corporate governance” jika yang namanya keterbukaan informasi saja masih bisa dikangkangi oleh pihak emiten dan bandar licin yang pandai memanfaatkan celah-celah peraturan? Jangankan informasi, masih banyak lagi sejumlah pelanggaran yang kerap kali terjadi, entah dilakukan secara sadar atau tidak, tetap saja dilakukan tanpa ada perasaan bersalah. Contoh : corporate action dalam bentuk right issue, dimana disebutkan secara jelas dalam prospektus emiten bahwa tujuan dari right issue adalah menghimpun dana untuk mengakuisisi anak perusahaan agar menjadi integrated company. Bagi penulis pribadi, hal tersebut tidaklah wajar! Tentunya dalam hal ini harus dilihat dulu case by case! Secara umum, jika anak perusahaan yang akan diakuisisi tersebut dimiliki oleh sejumlah individu yang juga bercokol di holding company apalagi kalau mereka adalah single majority, maka hal tersebut tentu menjadi tanda tanya! Jika ingin membuat suatu integrated company, maka menurut hemat penulis yang harus dibenahi adalah sistem dan prosedurnya! Kenapa begitu? Jawabnya mudah, karena “Yang Punya Perusahaan” adalah orang yang sama! Kalau sudah begini, maka indikasi yang dapat ditangkap adalah oknum-oknum tersebut ingin “nyolong duit” dengan menggunakan teknik-teknik financial engineering yang lihai! Apalagi jika dalam prospektus juga disebutkan bahwa holding company akan memberikan loan dengan interest rate sebesar 1%-2% diatas harga pasar agar anak perusahaan dapat mempunyai working capital yang cukup! Apakah hal tersebut dapat dibenarkan? Tentunya untuk dapat menyukseskan “hajatan”tersebut, pihak emiten melalui konsorsiumnya perlu “korban-korban” baru, caranya? Gampang saja, tinggal goreng-menggoreng sahamnya dan kalau perlu buat informasi yang bias dan tidak jelas, misalnya cum-right atau segala tetek bengeknya, yang penting investor “terjebak” dan mau enggak mau harus merealisasikan “kewajibannya” bukan “haknya”! Tentunya “ilmu goreng-menggoreng” tersebut tidak hanya terbatas pada hal diatas, seringkali permainan deviden juga menjadi bagian dari ilmu tersebut, contoh : sebutlah PT A, yang mempunyai saham yang listing di BEJ dengan harga pasar sebesar Rp400 per saham dan berencana akan menggelar RUPSLB & RUPST pada tanggal dan bulan tertentu. Jauh-jauh hari sebelum acara tersebut dimulai, mereka telah melemparkan rumor ke pasar melalui sejumlah media massa dan broker-broker pilihan bahwa harga saham PT A akan dibawa terbang ke level Rp500-Rp600 per saham dengan memanfaatkan rumor bahwa mereka akan membagikan deviden tunai sebesar Rp100 per saham untuk tahun buku sebelumnya. Setelah rumor tersebut tersebar di kalangan para pelaku pasar ditambah lagi dengan adanya aksi accumulate buy oleh sejumlah broker-broker yang tergabung dalam sindikasi, maka para investor independen akan menjadi tertarik dan ikut berinvestasi dalam jumlah dan volume yang cukup besar. Akibatnya sudah dapat diduga, mereka yang bermain tersebut akan masuk dalam perangkap! Biasanya menjelang hari “H” acara, aksi spekulasi semakin bertambah, begitu hasil pengumuman selesai bahwa memang benar perusahaan akan membayar deviden tunai sebesar Rp100 per saham, maka harga saham PT X langsung anjlok! Mengapa hal ini bisa terjadi? Ceritanya begini, pihak bandar pasti telah menghitung berapa besar porsi pembagian deviden yang akan dialokasikan untuk “pemegang saham pribadi” dan “pemegang saham beneran”. Dengan demikian, jika porsi “pemegang saham beneran” melampaui ketentuan mereka, maka saham PT A akan “diguyur” dan tentunya para investor akan mengalami panic selling apalgi jika harga saham “dibuang” hingga ke level Rp300-Rp200 per saham dan sudah pasti deviden yield yang ditawarkan sudah tidak menarik lagi karena terdapat suatu ketakutan bagi para investor bahwa nilai jual kembali atas saham PT A menjadi tidak karuan!. Ada lagi yang lebih lucu, yakni pengangkatan Komisaris Independen, bagaimana mungkin seseorang yang identik dengan “Roh Perusahaan” tersebut dapat diangkat menjadi Komisaris Independen, bahkan ada juga posisi yang nyata-nyata diembeli dengan kata “Independen” tersebut dirangkap oleh Dewan Direksi! Bagaimana mau Independen, kalau yang bayar gaji Komisaris Independen masih tergantung dari perusahaan? Kejadian-kejadian yang lucu di pasar sekunder tersebut juga kerap kali terjadi di pasar perdana atau detik-detik menjelang go public-nya suatu perusahaan. Contoh, sebutlah PT A akan mencatatkan sahamnya di BEJ pada harga dan jumlah tertentu. Namun sebelum Initial Public Offering (“IPO”), tentunya calon emiten dan Lead Underwriter akan berusaha menyukseskan pesta tersebut. Dari pihak emiten, sudah pasti bahwa mereka hanya perlu duit, entah untuk masuk kantong pribadi ataupun kas perusahaan! Sedangkan Lead Underwriter hanya perlu success fee dan sahamnya laku terjual, karena kalau tidak mereka harus menanggung resiko untuk full commitment!, walaupun sesungguhnya, dalam praktek lapangannya “kedua kata” tersebut hanya sebagai “pajangan belaka” dan biasanya mereka sudah mempunyai “perjanjian bawah tangan lainnya” dengan pihak-pihak terkait, termasuk si emiten sendiri!. Yang paling mengkhawatirkan, jika calon emiten tersebut melakukan IPO dengan kondisi dimana seluruh saham yang akan diperdagangkan “diserap” oleh investor strategik, sehingga Sub Underwriter hanya mendapat porsi penjamin sedikit atau bahkan tidak mendapat porsi sama sekali, namun namanya muncul sebagai salah satu anggota sindikasi penjamin. Bayangkan jika saham yang ditawarkan ke publik berjumlah 70.000.000-200.000.000 lembar saham, namun setiap 1 (satu) Sub Underwriter hanya memperoleh jatah 50.000-100.000 lembar saham bahkan tidak jarang pula saham tersebut hanya “numpang lewat” disejumlah broker, apa ini yang namanya fair trade? lucu bukan? Lebih lucu lagi jika terdapat berita disejumlah media massa dan elektronik bahwa saham emiten tersebut mengalami oversubscribed! Atau over demand! Dengan asumsi, jika jumlah saham yang ditawarkan berjumlah 100.000.000 lembar saham dan anggota sindikasi berjumlah 10 broker, dimana masing-masing broker tersebut memperoleh jatah sebesar 100.000 lembar saham, maka secara totalitas jumlah saham yang beredar dikalangan broker hanya berjumlah 1.000.000 lembar saham atau ekuivalen dengan 1% saja! Apa artinya? Artinya, mayoritas saham emiten tersebut berada ditangan Lead Underwriter atau bahkan strategic investor yang telah melakukan transaksi “pembelian bawah tangan” atau “perjanjian bawah tangan” sebelum IPO, misalnya private placement!. Dengan demikian, Lead Underwriter akan lebih leluasa untuk “menggoreng” saham, dengan demikian dapat dipastikan pula bahwa baik emiten ataupun pihak-pihak terkait akan dapat memperoleh untung 3X; pertama, dapat fresh money dan/atau success fee dari bursa dan/atau emiten; kedua, nama terkenal dan terakhir malah dapat memperoleh “barang” kembali. Untuk poin yang terakhir, tentunya anda akan bertanya bagaimana caranya? Gampang saja, ingat mayoritas “barang” ada ditangan bandar, jika harga penawaran saham sebesar Rp100 per lembar saham dan dibuka pada harga perdagangan sebesar Rp300 per lembar saham, kemudian “digoreng” secara atraktif hingga ke level Rp500 per lembar saham dan akhirnya “dibanting” kembali ke level Rp100 per lembar saham atau bahkan free fall ke level Rp50-Rp40 per lembar saham, bayangkan berapa banyak investor yang “terjebak” dan mengambil posisi cut loss? Jika ada investor lugu yang mencoba untuk ambil posisi dalam jumlah yang besar di pasar sekunder, maka kemungkinan besar akan menjadi bagian dari game of death! Tentunya tidak fair juga jika kita selalu menyoroti pihak bandar, emiten atau Underwriter seakan-akan “menghukum” mereka sebagai pihak tersangka kriminal! Sejujurnya, jika tidak ada aksi “goreng-menggoreng”, dapat dipastikan bahwa transaksi perdagangan di BEJ akan sangat sepi, akibatnya kerugian yang diderita oleh BEJ juga akan semakin bertambah! Tentunya hal tersebut juga menjadi buah simalakama! Dalam hal ini, penulis menggarisbawahi bahwa setiap pihak yang terlibat dalam transaksi perdagangan harus bertanggungjawab atas setiap keputusan yang diambil dengan catatan : bahwa hal tersebut dilakukan secara fair!. Pihak investor/calon investor sendiri harus dapat mempertanggungjawabkan sendiri atas setiap keputusan investasi yang diambilnya. Seringkali para investor tidak mau berusaha untuk mencari informasi yang benar atau melakukan sedikit analisa dalam pengambilan posisi trading. Akibatnya banyak pula Dealer ataupun Analis yang menjadi “sasaran tembak” atas ketidaktahuan investor yang bersangkutan. Contoh nyata sudah dapat dilihat dari sejumlah kasus, seperti kasus saham FISK, INKP, TKIM, BBCA, HMSP dan lain-lain. Selain itu, broker-broker ataupun pihak-pihak terkait lainnya tidak seharusnya membuat berita-berita bohong dan menyebarkan gosip-gosip yang tidak bertanggung jawab! Tidak lupa pula, untuk pihak pengelola atau pengawas bursa yang seharusnya lebih berperan sebagai “pihak berwajib” atas sejumlah kasus-kasus pelanggaran yang tidak jelas arah penyelesaiannya. Secara pribadi, penulis pernah mengalami kasus saham BNII, dimana pada waktu itu, isu bahwa saham BNII akan delisting sangat santer karena terdapat bunyi dari salah satu pasal peraturan bahwa…. jika selama 3 bulan berturut-turut harga saham dibawah Rp50 per saham, maka saham tersebut akan terkena delisting. Dengan melakukan penyamaran sebagai seorang investor dan sesekali mengaku sebagai seorang Analis, maka penulis mencoba melakukan kontak via telepon untuk menanyakan apakah peraturan tersebut akan diterapkan secara tegas terhadap saham BNII, namun sungguh mengherankan bahwa setiap pertanyaan yang masuk, telepon selalu “dilempar kesana kemari”, kalaupun “masuk”, jawaban yang diterima kerap tidak simpatik dan bahkan cenderung kasar bagi seorang yang mengaku profesional dan bekerja di instansi terkenal! Bahkan ada juga petugas yang sangat lugu dan malah balik bertanya :…”Bapak tahu darimana peraturan itu….”? “…..bapak baca dimana….”?….koq kita enggak tahu?…. “ Tentunya hal tersebut hanya sebagian kecil dari sejumlah permasalahan ataupun unek-unek para pelaku pasar. Penulis sangat yakin, jika penegakan hukum di bursa dilakukan secara tegas dan transparan serta didukung oleh tenaga-tenaga yang berkualitas, maka para investor asing dan lokal akan kembali melakukan transaksi perdagangan walaupun kondisi ekonomi kita cukup terpuruk! Kenapa bisa begitu? Dengan adanya suatu komitmen, maka para investor tersebut akan merasa nyaman, karena kepentingan investor, khususnya investor minoritas terlindungi! Sebenarnya masih banyak sekali kejadian-kejadian lucu dan menggemaskan yang terjadi dibursa, bahkan kalau diceritakan dan ditulis secara gamblang dan detail akan dapat menyangi ketebalan holly book! Sudah sepantasnya jika rule of game ditegakkan secara tegas dan konsekuen tanpa pandang bulu serta dilaksanakan oleh para pelaku pasar dan pihak-pihak terkait. Sehingga Bursa Efek Jakarta tidak menjadi Game of Death bagi sebagian investor! Sebagai catatan akhir, penulis sendiri tidak bertendensi untuk mendiskreditkan pihak-pihak tertentu dalam penulisan artikel ini, artikel ini lebih ditujukan untuk menggugah hati nurani dari para pelaku pasar terkait agar dapat bermain lebih fair demi perkembangan pasar modal Indonesia. Besar harapan penulis, agar IHSG dapat kembali rebound ke level 500-700 atau bahkan ke level 1.000!
Rabu, 25 Februari 2009
CORNERING
BARU-baru ini muncul istilah cornering di kalangan bursa, terutama dengan adanya kasus saham BII yang jatuh dari harga Rp 150 sampai ke harga Rp 90 dikarenakan BPPN ingin menjual saham tersebut.
Harga saham di bursa merupakan harga patokan yang digunakan untuk menentukan harga saham tersebut dijual oleh BPPN. Tetapi, ada beberapa pemain yang melakukan cornering terhadap saham tersebut sehingga Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan pemeriksaan terhadap broker yang melakukan transaksi saham BII.
Beberapa pihak ingin tahu arti cornering dan tindakan apa yang diambil BEJ karena hal itu. Risiko apa saja yang dihadapi bila bertransaksi saham di mana saham tersebut mengalami cornering? Apa saja yang dimiliki investor sehingga bisa melakukan cornering? Bagaimana saham yang sedang mengalami cornering? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Cornering merupakan tindakan transaksi yang dilakukan satu pihak atau lebih untuk menurunkan harga atau menaikkan harga sampai harga yang diinginkan. Motivasi melakukan cornering adalah untuk mendapat keuntungan dari para investor yang turut bertransaksi pada saham tersebut.
Harga penutupan saham pada hari bersangkutan merupakan harga saham semu sehingga tidak dapat digunakan sebagai patokan, tetapi mau tidak mau harga tersebut merupakan harga penutupan pada hari tersebut untuk saham yang bersangkutan.
Bila pihak tertentu ingin melakukan transaksi untuk membeli saham tertentu, dapat juga pada saham tersebut dilakukan cornering atau diturunkan sampai pada tingkat tertentu agar saham tersebut dibeli pada harga murah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan mayoritas dalam perusahaan.
Misalkan, X mempunyai saham sebesar 30 persen dari total saham di PT "Y" yang terdaftar di Bursa Efek dan ingin meningkatkan porsi kepemilikannya, maka X membeli saham tersebut di bursa. Biasanya, berdasarkan peraturan bursa dan pengawas pasar modal dalam hal ini Bapepam dan SEC untuk Amerika Serikat, peningkatan porsi kepemilikan harus diumumkan kepada publik sehingga semua tahu, karena mempengaruhi kinerja perusahaan.
Kejadian selanjutnya, harga saham tersebut bisa naik melebihi harga yang sewajarnya karena adanya ekspektasi bahwa kenaikan porsi kepemilikan membuat jumlah saham yang diperdagangkan mengalami penurunan. Tetapi, bisa saja harga saham mengalami penurunan karena beberapa investor mempunyai ekspektasi yang negatif, yaitu perusahaan tidak akan transparan karena perusahaan akan dikontrol pihak yang menaikkan porsi kepemilikan tersebut. Uraian tersebut merupakan kasus normal di mana tidak terjadi cornering.
Selanjutnya, X ingin mendapat harga yang lebih murah atas pembelian saham agar secara rata-rata nilai pembelian saham sesuai dengan harapan. X melalui broker yang dia kenal, melakukan transaksi dengan menjual saham sebanyak-banyaknya agar harga turun ke bawah sampai harga tertentu. Akibat harga saham yang jatuh tersebut, pemilik saham juga menjual turun ke bawah karena ketakutan harga saham akan drop terus. Pada sisi lain, X sudah menampung dengan membeli saham tersebut dari broker sebanyak saham yang dia inginkan sehingga X tetap memiliki saham PT "Y" sesuai yang diharapkan.
BILA investor ingin mendapatkan capital gain maka investor dapat melakukan cornering dengan sendiri-sendiri atau bergabung dengan beberapa investor.
Saya dapat mengatakan bahwa pemain yang melakukan transaksi cornering dikenal dengan sebutan bandar bursa. Para bandar bursa tersebut bergabung menaikkan harga saham tertentu sehingga pihak lain mengalami kerugian.
Kasus ini pernah terjadi pada saham Bank Pikko. Awalnya, saham tersebut diturunkan sedikit sehingga banyak pihak yang melakukan short selling karena beberapa investor merasa akan mendapat untung dan akan membeli sahamnya di bawah. Tetapi, kesempatan untuk membeli saham tersebut tidak terjadi karena bandar bursa tersebut membeli saham dengan menaikkan harga sampai ke atas sampai pada level tertentu sehingga pihak lain hanya membeli lebih tinggi sedikit dari harga tersebut, di mana saham yang dibeli merupakan saham yang dimiliki para bandar tersebut.
TINDAKAN cornering merupakan tindakan manipulasi pasar dan dilarang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 91 dan Pasal 92.
Manipulasi pasar yang dimaksud yaitu pihak yang bertransaksi membuat harga menjadi harga semu. Pihak yang melakukan transaksi ini dianggap tindakan pidana dengan sanksi penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 15 miliar. Sanksi tersebut tertuang pada Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995.
Investor yang ikut bertransaksi pada saham yang mengalami cornering akan mengalami kerugian dan biasanya kerugian tersebut sangat besar, baik materi maupun mental. Kerugian itu juga tidak dapat digantikan dengan transaksi saham lain. Mental investor juga turun ketika mengetahui transaksi tersebut merupakan transaksi cornering. Satu minggu kemudian baru investor kembali ke normal melakukan transaksi karena selalu mengingat kesalahan yang dilakukan.
Biasanya, pemain besar yang melakukan cornering menggunakan psikologi pasar untuk bisa melakukan tindakan tersebut. Pertama sekali, pemain besar atau bandar pasar memberikan isu negatif agar investor melakukan penjualan kemudian pemain besar tersebut menaikkan harga dan investor yang menjual short sebelumnya terpaksa membeli untuk memenuhi kewajibannya.
Setelah selesai melakukan cornering, pemain besar memberikan isu positif sehingga investor seakan merasa bersalah atas transaksinya. Pemain besar tersebut biasanya memiliki saham yang mengalami cornering dengan jumlah banyak. Pemain besar tersebut mengetahui pemilik saham secara detail sehingga tindakan cornering dapat dilakukan dengan baik untuk mendapatkan capital gain yang besar. Pemain besar yang melakukan cornering biasanya mencatat semua transaksi yang terjadi baik harga dan jumlah saham yang ditransaksikan sehingga dapat memperkirakan kejadian selanjutnya.
Saham yang mengalami cornering adalah saham yang jumlahnya sangat kecil dan biasanya likuiditasnya di bursa cukup kecil. Harga saham yang bersangkutan juga tidak mahal dan biasanya terjangkau investor. Investor yang dituju adalah investor menengah dan kecil dan yang kurang informasi. Investor yang telah berpengalaman tidak akan mau bermain pada saham ini, dan kalaupun ikut bermain pada saham yang mengalami cornering biasanya dengan metode yang dijalankan pemain besar tersebut.
Cornering saham juga bisa mendapatkan capital gain bagi investor yaitu dengan metode mengikuti cara pemain besar tersebut. Investor mengikuti pergerakan harga, tetapi dilakukan dengan jumlah kecil. Pada saat harga sudah pada sampai tingkat tertentu, investor melakukan penjualan sekaligus bila cornering dilakukan ke harga lebih tinggi. Bila penurunan harga yang dilakukan maka investor membeli sebelum harga mengalami kenaikan kembali.
Sebaiknya, investor berhati-hati karena masih tetap ada investor yang berisiko mengalami kerugian. Selamat berinvestasi pada saham.
Harga saham di bursa merupakan harga patokan yang digunakan untuk menentukan harga saham tersebut dijual oleh BPPN. Tetapi, ada beberapa pemain yang melakukan cornering terhadap saham tersebut sehingga Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan pemeriksaan terhadap broker yang melakukan transaksi saham BII.
Beberapa pihak ingin tahu arti cornering dan tindakan apa yang diambil BEJ karena hal itu. Risiko apa saja yang dihadapi bila bertransaksi saham di mana saham tersebut mengalami cornering? Apa saja yang dimiliki investor sehingga bisa melakukan cornering? Bagaimana saham yang sedang mengalami cornering? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Cornering merupakan tindakan transaksi yang dilakukan satu pihak atau lebih untuk menurunkan harga atau menaikkan harga sampai harga yang diinginkan. Motivasi melakukan cornering adalah untuk mendapat keuntungan dari para investor yang turut bertransaksi pada saham tersebut.
Harga penutupan saham pada hari bersangkutan merupakan harga saham semu sehingga tidak dapat digunakan sebagai patokan, tetapi mau tidak mau harga tersebut merupakan harga penutupan pada hari tersebut untuk saham yang bersangkutan.
Bila pihak tertentu ingin melakukan transaksi untuk membeli saham tertentu, dapat juga pada saham tersebut dilakukan cornering atau diturunkan sampai pada tingkat tertentu agar saham tersebut dibeli pada harga murah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan mayoritas dalam perusahaan.
Misalkan, X mempunyai saham sebesar 30 persen dari total saham di PT "Y" yang terdaftar di Bursa Efek dan ingin meningkatkan porsi kepemilikannya, maka X membeli saham tersebut di bursa. Biasanya, berdasarkan peraturan bursa dan pengawas pasar modal dalam hal ini Bapepam dan SEC untuk Amerika Serikat, peningkatan porsi kepemilikan harus diumumkan kepada publik sehingga semua tahu, karena mempengaruhi kinerja perusahaan.
Kejadian selanjutnya, harga saham tersebut bisa naik melebihi harga yang sewajarnya karena adanya ekspektasi bahwa kenaikan porsi kepemilikan membuat jumlah saham yang diperdagangkan mengalami penurunan. Tetapi, bisa saja harga saham mengalami penurunan karena beberapa investor mempunyai ekspektasi yang negatif, yaitu perusahaan tidak akan transparan karena perusahaan akan dikontrol pihak yang menaikkan porsi kepemilikan tersebut. Uraian tersebut merupakan kasus normal di mana tidak terjadi cornering.
Selanjutnya, X ingin mendapat harga yang lebih murah atas pembelian saham agar secara rata-rata nilai pembelian saham sesuai dengan harapan. X melalui broker yang dia kenal, melakukan transaksi dengan menjual saham sebanyak-banyaknya agar harga turun ke bawah sampai harga tertentu. Akibat harga saham yang jatuh tersebut, pemilik saham juga menjual turun ke bawah karena ketakutan harga saham akan drop terus. Pada sisi lain, X sudah menampung dengan membeli saham tersebut dari broker sebanyak saham yang dia inginkan sehingga X tetap memiliki saham PT "Y" sesuai yang diharapkan.
BILA investor ingin mendapatkan capital gain maka investor dapat melakukan cornering dengan sendiri-sendiri atau bergabung dengan beberapa investor.
Saya dapat mengatakan bahwa pemain yang melakukan transaksi cornering dikenal dengan sebutan bandar bursa. Para bandar bursa tersebut bergabung menaikkan harga saham tertentu sehingga pihak lain mengalami kerugian.
Kasus ini pernah terjadi pada saham Bank Pikko. Awalnya, saham tersebut diturunkan sedikit sehingga banyak pihak yang melakukan short selling karena beberapa investor merasa akan mendapat untung dan akan membeli sahamnya di bawah. Tetapi, kesempatan untuk membeli saham tersebut tidak terjadi karena bandar bursa tersebut membeli saham dengan menaikkan harga sampai ke atas sampai pada level tertentu sehingga pihak lain hanya membeli lebih tinggi sedikit dari harga tersebut, di mana saham yang dibeli merupakan saham yang dimiliki para bandar tersebut.
TINDAKAN cornering merupakan tindakan manipulasi pasar dan dilarang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 91 dan Pasal 92.
Manipulasi pasar yang dimaksud yaitu pihak yang bertransaksi membuat harga menjadi harga semu. Pihak yang melakukan transaksi ini dianggap tindakan pidana dengan sanksi penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 15 miliar. Sanksi tersebut tertuang pada Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995.
Investor yang ikut bertransaksi pada saham yang mengalami cornering akan mengalami kerugian dan biasanya kerugian tersebut sangat besar, baik materi maupun mental. Kerugian itu juga tidak dapat digantikan dengan transaksi saham lain. Mental investor juga turun ketika mengetahui transaksi tersebut merupakan transaksi cornering. Satu minggu kemudian baru investor kembali ke normal melakukan transaksi karena selalu mengingat kesalahan yang dilakukan.
Biasanya, pemain besar yang melakukan cornering menggunakan psikologi pasar untuk bisa melakukan tindakan tersebut. Pertama sekali, pemain besar atau bandar pasar memberikan isu negatif agar investor melakukan penjualan kemudian pemain besar tersebut menaikkan harga dan investor yang menjual short sebelumnya terpaksa membeli untuk memenuhi kewajibannya.
Setelah selesai melakukan cornering, pemain besar memberikan isu positif sehingga investor seakan merasa bersalah atas transaksinya. Pemain besar tersebut biasanya memiliki saham yang mengalami cornering dengan jumlah banyak. Pemain besar tersebut mengetahui pemilik saham secara detail sehingga tindakan cornering dapat dilakukan dengan baik untuk mendapatkan capital gain yang besar. Pemain besar yang melakukan cornering biasanya mencatat semua transaksi yang terjadi baik harga dan jumlah saham yang ditransaksikan sehingga dapat memperkirakan kejadian selanjutnya.
Saham yang mengalami cornering adalah saham yang jumlahnya sangat kecil dan biasanya likuiditasnya di bursa cukup kecil. Harga saham yang bersangkutan juga tidak mahal dan biasanya terjangkau investor. Investor yang dituju adalah investor menengah dan kecil dan yang kurang informasi. Investor yang telah berpengalaman tidak akan mau bermain pada saham ini, dan kalaupun ikut bermain pada saham yang mengalami cornering biasanya dengan metode yang dijalankan pemain besar tersebut.
Cornering saham juga bisa mendapatkan capital gain bagi investor yaitu dengan metode mengikuti cara pemain besar tersebut. Investor mengikuti pergerakan harga, tetapi dilakukan dengan jumlah kecil. Pada saat harga sudah pada sampai tingkat tertentu, investor melakukan penjualan sekaligus bila cornering dilakukan ke harga lebih tinggi. Bila penurunan harga yang dilakukan maka investor membeli sebelum harga mengalami kenaikan kembali.
Sebaiknya, investor berhati-hati karena masih tetap ada investor yang berisiko mengalami kerugian. Selamat berinvestasi pada saham.
Falsafah Kejawen
Kita sebagai masyarakat Indonesia tentunya harus menghargai kebudayaan sendiri yang beragam. Dan ternyata banyak ilmu yang dapat kita pelajari dari sana. Aku tiba-tiba mendapatkan beberapa filsafat Jawa yang berbentuk seperti pedoman atau semboyan. Dan kalau diresapi dengan seksama, sungguh luar biasa maksud yang dikandung di dalamnya yang mengandung prinsip untuk menjalani kehidupan agar sukses dan mendapatkan kebahagiaan..Inilah 14 Prinsip Jawa tersebut:1. “Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha”Artinya berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan2. "Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan"Artinya jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.3. "Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli"Artinya bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi.4. "Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman"Artunya jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja.5. "Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman"Artnya janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.6. "Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas"Artinya jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.7. "Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo"Artinya jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.8. "Aja Adigang, Adigung, Adiguna"Artinya jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.9. "Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah"Artinya yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah.10. "Sing Prihatin Bakal Memimpin"Artinya siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin.11. "Sing Resik Uripe Bakal Mulya"Artunya siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya.12. "Urip Iku Urup"Artinya hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat.13. "Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti"Artinya keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera.14. "Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara"Artinya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, dan serakah.
Langganan:
Postingan (Atom)