Calender

Rabu, 25 Februari 2009

CORNERING

BARU-baru ini muncul istilah cornering di kalangan bursa, terutama dengan adanya kasus saham BII yang jatuh dari harga Rp 150 sampai ke harga Rp 90 dikarenakan BPPN ingin menjual saham tersebut.
Harga saham di bursa merupakan harga patokan yang digunakan untuk menentukan harga saham tersebut dijual oleh BPPN. Tetapi, ada beberapa pemain yang melakukan cornering terhadap saham tersebut sehingga Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan pemeriksaan terhadap broker yang melakukan transaksi saham BII.
Beberapa pihak ingin tahu arti cornering dan tindakan apa yang diambil BEJ karena hal itu. Risiko apa saja yang dihadapi bila bertransaksi saham di mana saham tersebut mengalami cornering? Apa saja yang dimiliki investor sehingga bisa melakukan cornering? Bagaimana saham yang sedang mengalami cornering? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Cornering merupakan tindakan transaksi yang dilakukan satu pihak atau lebih untuk menurunkan harga atau menaikkan harga sampai harga yang diinginkan. Motivasi melakukan cornering adalah untuk mendapat keuntungan dari para investor yang turut bertransaksi pada saham tersebut.
Harga penutupan saham pada hari bersangkutan merupakan harga saham semu sehingga tidak dapat digunakan sebagai patokan, tetapi mau tidak mau harga tersebut merupakan harga penutupan pada hari tersebut untuk saham yang bersangkutan.
Bila pihak tertentu ingin melakukan transaksi untuk membeli saham tertentu, dapat juga pada saham tersebut dilakukan cornering atau diturunkan sampai pada tingkat tertentu agar saham tersebut dibeli pada harga murah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan mayoritas dalam perusahaan.
Misalkan, X mempunyai saham sebesar 30 persen dari total saham di PT "Y" yang terdaftar di Bursa Efek dan ingin meningkatkan porsi kepemilikannya, maka X membeli saham tersebut di bursa. Biasanya, berdasarkan peraturan bursa dan pengawas pasar modal dalam hal ini Bapepam dan SEC untuk Amerika Serikat, peningkatan porsi kepemilikan harus diumumkan kepada publik sehingga semua tahu, karena mempengaruhi kinerja perusahaan.
Kejadian selanjutnya, harga saham tersebut bisa naik melebihi harga yang sewajarnya karena adanya ekspektasi bahwa kenaikan porsi kepemilikan membuat jumlah saham yang diperdagangkan mengalami penurunan. Tetapi, bisa saja harga saham mengalami penurunan karena beberapa investor mempunyai ekspektasi yang negatif, yaitu perusahaan tidak akan transparan karena perusahaan akan dikontrol pihak yang menaikkan porsi kepemilikan tersebut. Uraian tersebut merupakan kasus normal di mana tidak terjadi cornering.
Selanjutnya, X ingin mendapat harga yang lebih murah atas pembelian saham agar secara rata-rata nilai pembelian saham sesuai dengan harapan. X melalui broker yang dia kenal, melakukan transaksi dengan menjual saham sebanyak-banyaknya agar harga turun ke bawah sampai harga tertentu. Akibat harga saham yang jatuh tersebut, pemilik saham juga menjual turun ke bawah karena ketakutan harga saham akan drop terus. Pada sisi lain, X sudah menampung dengan membeli saham tersebut dari broker sebanyak saham yang dia inginkan sehingga X tetap memiliki saham PT "Y" sesuai yang diharapkan.
BILA investor ingin mendapatkan capital gain maka investor dapat melakukan cornering dengan sendiri-sendiri atau bergabung dengan beberapa investor.
Saya dapat mengatakan bahwa pemain yang melakukan transaksi cornering dikenal dengan sebutan bandar bursa. Para bandar bursa tersebut bergabung menaikkan harga saham tertentu sehingga pihak lain mengalami kerugian.
Kasus ini pernah terjadi pada saham Bank Pikko. Awalnya, saham tersebut diturunkan sedikit sehingga banyak pihak yang melakukan short selling karena beberapa investor merasa akan mendapat untung dan akan membeli sahamnya di bawah. Tetapi, kesempatan untuk membeli saham tersebut tidak terjadi karena bandar bursa tersebut membeli saham dengan menaikkan harga sampai ke atas sampai pada level tertentu sehingga pihak lain hanya membeli lebih tinggi sedikit dari harga tersebut, di mana saham yang dibeli merupakan saham yang dimiliki para bandar tersebut.
TINDAKAN cornering merupakan tindakan manipulasi pasar dan dilarang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 91 dan Pasal 92.
Manipulasi pasar yang dimaksud yaitu pihak yang bertransaksi membuat harga menjadi harga semu. Pihak yang melakukan transaksi ini dianggap tindakan pidana dengan sanksi penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 15 miliar. Sanksi tersebut tertuang pada Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995.
Investor yang ikut bertransaksi pada saham yang mengalami cornering akan mengalami kerugian dan biasanya kerugian tersebut sangat besar, baik materi maupun mental. Kerugian itu juga tidak dapat digantikan dengan transaksi saham lain. Mental investor juga turun ketika mengetahui transaksi tersebut merupakan transaksi cornering. Satu minggu kemudian baru investor kembali ke normal melakukan transaksi karena selalu mengingat kesalahan yang dilakukan.
Biasanya, pemain besar yang melakukan cornering menggunakan psikologi pasar untuk bisa melakukan tindakan tersebut. Pertama sekali, pemain besar atau bandar pasar memberikan isu negatif agar investor melakukan penjualan kemudian pemain besar tersebut menaikkan harga dan investor yang menjual short sebelumnya terpaksa membeli untuk memenuhi kewajibannya.
Setelah selesai melakukan cornering, pemain besar memberikan isu positif sehingga investor seakan merasa bersalah atas transaksinya. Pemain besar tersebut biasanya memiliki saham yang mengalami cornering dengan jumlah banyak. Pemain besar tersebut mengetahui pemilik saham secara detail sehingga tindakan cornering dapat dilakukan dengan baik untuk mendapatkan capital gain yang besar. Pemain besar yang melakukan cornering biasanya mencatat semua transaksi yang terjadi baik harga dan jumlah saham yang ditransaksikan sehingga dapat memperkirakan kejadian selanjutnya.
Saham yang mengalami cornering adalah saham yang jumlahnya sangat kecil dan biasanya likuiditasnya di bursa cukup kecil. Harga saham yang bersangkutan juga tidak mahal dan biasanya terjangkau investor. Investor yang dituju adalah investor menengah dan kecil dan yang kurang informasi. Investor yang telah berpengalaman tidak akan mau bermain pada saham ini, dan kalaupun ikut bermain pada saham yang mengalami cornering biasanya dengan metode yang dijalankan pemain besar tersebut.
Cornering saham juga bisa mendapatkan capital gain bagi investor yaitu dengan metode mengikuti cara pemain besar tersebut. Investor mengikuti pergerakan harga, tetapi dilakukan dengan jumlah kecil. Pada saat harga sudah pada sampai tingkat tertentu, investor melakukan penjualan sekaligus bila cornering dilakukan ke harga lebih tinggi. Bila penurunan harga yang dilakukan maka investor membeli sebelum harga mengalami kenaikan kembali.
Sebaiknya, investor berhati-hati karena masih tetap ada investor yang berisiko mengalami kerugian. Selamat berinvestasi pada saham.

Falsafah Kejawen

Kita sebagai masyarakat Indonesia tentunya harus menghargai kebudayaan sendiri yang beragam. Dan ternyata banyak ilmu yang dapat kita pelajari dari sana. Aku tiba-tiba mendapatkan beberapa filsafat Jawa yang berbentuk seperti pedoman atau semboyan. Dan kalau diresapi dengan seksama, sungguh luar biasa maksud yang dikandung di dalamnya yang mengandung prinsip untuk menjalani kehidupan agar sukses dan mendapatkan kebahagiaan..Inilah 14 Prinsip Jawa tersebut:1. “Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha”Artinya berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan2. "Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan"Artinya jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.3. "Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli"Artinya bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi.4. "Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman"Artunya jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja.5. "Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman"Artnya janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.6. "Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas"Artinya jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.7. "Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo"Artinya jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.8. "Aja Adigang, Adigung, Adiguna"Artinya jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.9. "Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah"Artinya yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah.10. "Sing Prihatin Bakal Memimpin"Artinya siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin.11. "Sing Resik Uripe Bakal Mulya"Artunya siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya.12. "Urip Iku Urup"Artinya hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat.13. "Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti"Artinya keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera.14. "Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara"Artinya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, dan serakah.

Selasa, 24 Februari 2009

Tips Utk Para Trader/Investor Saham

Sumbang saran pribadi, semoga dlm kondisi pasar yg sangat dinamis saat ini, para investor/trader BEI tidak kehilangan akal sehatnya.Saya mengamati postingan dimilis ini sungguh bervariasi, namun demikian sangat sedikit yg benar2 menenangkan sembari tetap menganjurkan kewaspadaan. Rata2 adalah postingan yg bersifat konspirasi theory yg sulit dipegang konsistensinya. Artinya bisa jadi dlm satu saat tepat di saat lain yg lbh sering tdk tepat. Yg diperlukan investor/trader saat ini bukanlah menebak kemana arah pasar dgn berbagai macam teori yg membingungkan dan sulit utk dijamin validitasnya melainkan sebuah sikap mental dan sedikit pengetahuan logis utk menyiasati pasar kemanapun arah nya, bull atau bear. Dgn demikian modal investor minimal tetap aman, dan dapat menghasilkan profit ketika kondisi membaik.1. Yg banyak dilupakan dlm trading/investing adalah, time frame, serta fundamental.Banyak investor menjadi panic atau sebaliknya serakah, melihat kondisi bursa yg berfluktuasi tiap hari. Pdhal tdk semstinya demikian, yg resah dgn kondisi bursa harian adalah para daily trader dan swing trader yg ber time frame 1-5 hr. Koreksi dan appresiasi harga yg valid adl koreksi krn fundamental yg memang berubah arah, bukan krn rumours sesaat. Misalnya koreksi yg terjadi di DJIA bulan maret ini.Sayangnya banyak sekali para investor yg sebetulnya tidak paham mereka bermain dlm time frame apa...?Time Frame ? Jawaban pertanyaan ini, akan sangat menentukan taktik dan strategi bermain anda selanjutnya.2. Pd akhirnya fundamental lah yg menentukanPada akhirnya faktor fundamentallah yg akan menentukan, utk thn 2008 ini, sektor komoditas dan energi tetap bagus, utk mereka2 yg memegang saham sektor ini, di level berapapun harganya, saham2 anda akan mencetak new high2 baru thn ini. Jgn cemas. Anda akan tetap profit, namun tentu anda ingin memaksimalkan profit anda bukan.3. Play on Margin wiselySangat berhati2 lah dlm memakai margin, gunakan margin hanya pd saat reversal sdh jelas2 terjadi, setelah terjadi koreksi besar2an. Dlm kondisi market yg volatile, betapapun nampak Mr Bull berkuasa, sebaiknya tunda sampai terjadi koreksi kemudian reversal, saat itulah anda masuk dgn margin, tentu di saham2 sektor unggulan yg bersahabat dgn sentimen pasar dan bukan di saham2 gorengan yg tdk jelas fundamentalnya.4. Use Technical for Timing purposesGunakan TA utk timing entry dan exit. Percaya pd grafik anda jgn pd rumor atau postingan seseorang.Misalnya begitu indikator menunjukkan downtrend, regional negatif, fundamental negatif, segera CUT LOSS, never average down krn anda tidak akan pernah tau sejauh mana bottomnya. Setelah itu hitung level support nya, pasang mata di area support, siap2 anda beli jika mulai ada signal reversal.IHSG misalnya pd bulan maret ini ketika anjlok ada suppport di 2650, 2550, 2350 dan 2220. Saya mulai masuk pd tgl 18 maret, ketika IHSG tdk berhasil menembus support di 2220 bahkan membentuk HAMMER. Gunakan maks 50% modal sampai ada signal reversal yg meyakinkan. Kalo anda agresif anda bisa gunakan 70% modal anda, sisanya + margin anda gunakan ketika sdh ada konfirmasi reversal selanjutnya.5. Jgn sekali2 tergoda utk buy on lowest and sell on highest, hanya Tuhan yg bisa melakukan itu, anda tidak akan pernah bisa melakukan keduanya sekaligus, bisa mendapatkan salah satunya saja, anda sdh hoki berat.Bagaimana mengkombinasikan ke 5 kiat diatas...?Saya ambil contoh time frame 1 -2 minggu. Contoh kasus pd saham BUMI, misalnya spt kasus salah satu member disini yg uang utk biaya perkawinannya dibelikan BUMI di 7500 pd tgl 21 Feb.Hitung support dan resistannya Resistant BUMI ada di 8000. Support berturut2 di 7300, 6700, 6200, 5800, 5500, 5000.Bumi tdk bisa tembus resistant bahkan membentuk candle hitam, alarm waspada. Sebaiknya profit taking sedikit2. Regional jeblok diikuti IHSG yg jeblok 2x alarm, Ketika bumi tgl 4 maret menembus ke bawah support 1 dgn candle hitam besar dan kita tau dr media sentimen global sedang jelek saat itulah CUT LOSS segera dilakukan. Misalnya CL pd 5 maret 1 poin diatas opening, 6850. Tampaknya buruk bukan, rugi 9%...namun tunggu dulu, BUMI adalah saham yg fundamentalnya bagus, sektor bagus dan fav para investor. Ini adalah peluang utk melakukan SHORT. Selanjutnya tinggal menunggu di level2 support. Lbh spesifik lagi di level2 support yg kuat yaitu 6200, 5500 dan 5000. Misalnya saja, buy BUMI lagi di 5500 (saya hoki berat pasang order pre opening buy di 5050 dan alhamdullilah haleluya IT WAS HIT !! ), artinya dgn harga hari ini, tentu rekan kita ini sdh mengalami BEP.Sinyal reversal yg jelas pd hari ini adalah pertanda baik utk masuk dgn margin. CL lbh baik drpd avg down. Apalagi utk pemain retail.Dlm kondisi Bullish sekarang segera tentukan titik resistant utk menjual dan taking profit. Toh anda pake margin, notabene bkn uang anda sendiri, taking profit 1-2 poin diatas level resistant terdekat utk mengamankan margin yg anda pakai.Bagaimana kalo time frame anda lbh lama sedikit 1-2 bln.Sesuai time frame anda, CL sebagian, 30,40,50 bahkan 60%, utk mendapatkan peluang SHORT. Terserah anda berapa & bgmn teknisnya, yg terpenting trading style anda hrs menyesuaikan dgn time frame anda.Time frame 3-6 bln.Mana anda perduli, anda tidak punya waktu tiap hari monitor harga, uang yg anda investasikan uang nganggur, pendapatan rutin anda cukup utk hidup anda, saham anda saham bluechips di sektor yg sdg bullish. Biarin saja...dlm bbrp bln akan mencetak new highs lagi.Time frame 1-3 hari.CL semuanya, stay out of the market, look for the bottom and reversal signs. Get ready to enter.Tentukan dulu time frame anda, lalu tentukan trading style yg bisa memaksimalkan profit anda.Tetaplah disiplin yg terpenting stabilkan mental anda. Tdk ada salahnya melupakan milis dan news sejenak agar anda bisa lepas dr rumour dan macam2 konspirasi utk berpikir jernih dgn hanya berpatokan pd chart harga dan volume.Ingatlah bahwa profesional market, selalu memanfaatkan sisi psikologis investor2 retail, begitulah cara mereka dpt mengeruk profit dr dana kelolaan yg besarnya luar biasa.Kalo anda tidak bisa disiplin dan mental anda susah stabil, sebaiknya tarik dana anda dr bursa saham, tunggu sampai bursa crash lg dlm beberapa bulan ke depan, lalu saat itu taruh saja dana anda di reksadana saham dan tidurlah dgn nyenyak.Semoga membantu.... ..

Diambil dari posting salah sebuah millist saham.

Filosofi Bandar Saham

Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu.
Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet pada harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor.
Hal ini menguatkan kembali upaya para penghuni desa dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Segera, persediaan monyet menurun lebih jauh lagi dan mereka mulai kembali ke kebun mereka.
Harga penawaran kemudian dinaikkan ke 25 Ringgit per ekor dan persediaan monyet menjadi sedemikian langka sehingga perlu usaha keras hanya untuk melihat seekor monyet, apalagi menangkapnya.
Tuan itu sekarang mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tetapi, berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka sekarang asistennya yang akan membeli untuk kepentingannya.
Ketika Tuan itu sudah pergi, Asisten itu berkata kepada para penghuni desa: ”Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan itu kembali, kalian bisa menjual kepadanya pada harga 50 Ringgit per ekor.”
Maka antrilah para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka.
Setelah itu, baik Asisten maupun Tuan itu lenyap tak berbekas, tetapi monyet-monyet ada di mana-mana!
Persepsi menjadi realitas
”Perception becomes reality”. Kalimat singkat ini tampaknya memang cukup powerful untuk menyatakan dengan jelas apa yang terjadi dalam cerita di atas. Dan, celakanya (atau untungnya, tergantung dari sudut mana memandang), cerita di atas - di mana persepsi menjadi kenyataan - cukup mewakili apa yang lumayan sering terjadi di pasar modal.
Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antar pialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp200 miliar. Harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100,- menjadi di atas Rp4.000,- dalam hitungan bulan. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung: pernah mencapai di atas Rp1 triliun (bandingkan dengan rata-rata transaksi harian seluruh Bursa Eek Jakarta yang Rp4 trilliun). Para pelaku pasar pun berdecak. Ada yang berdecak kagum melihat suatu kesempatan emas meraup untung. Ada yang berdecak resah mengantisipasi suatu peristiwa tragis segera akan terjadi.
Para pelaku pasar, di satu pihak senang sekali melihat pergerakan harga yang naik luar biasa, yang memberi capital gain yang substansial, namun di lain pihak cemas juga kalau-kalau harga tiba-tiba berbalik dahsyat. Mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas juga, karena mereka tahu bahwa penurunan harga itu cepat atau lambat akan terjadi, namun mereka tidak tahu kapan persisnya itu akan terjadi. Pasalnya, mereka sadar bahwa kenaikan harga yang sedemikian sulit dijustifikasi dari kacamata pertimbangan faktor fundamental yang layaknya menopang harga saham suatu perusahaan.
Dan, sesuai dengan decakan kagum-resah pelaku pasar, terjadilah: Harga saham memang akhirnya menukik ke bawah, terjun bebas sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp2.000,- Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang tragis menanggung rugi, karena terlanjur membeli di harga tinggi dan belum sempat menjual kembali, sementara entah kapan harga saham akan ”melihat matahari” lagi.
”Penggorengan saham”
Ada istilah yang populer di pasar modal kita: saham gorengan, dengan pelakunya yang disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng; saham pun bisa digoreng. Artinya, saham bisa diberi ”bumbu” dengan berbagai informasi menarik menjanjikan, sehingga tampak ”lezat” sarat potensi pertumbuhan. Setelah itu harga bisa ”digoreng” naik dan transaksi bisa ”mengepul” aktif untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual sahamnya pada harga tinggi tersebut. Akibatnya, pasar mulai dibanjiri saham itu, dan harga mulai turun drastis. Dan tentu saja penggoreng saham tidak bekerja sendiri, tapi punya kaki-tangan yang membantunya, untuk menyamarkan aksinya. Mirip cerita monyet di atas, bukan?
Goreng-menggoreng saham rupanya lumayan sering terjadi di pasar modal kita, sehingga sudah ada istilah baku untuk itu. Penggorengan saham inilah yang sering memberi kesan bahwa pasar modal adalah tempat ”main” saham yang identik dengan tempat berjudi. Sayangnya, istilah ’main’ saham yang terlanjur lumrah dipakai pun sudah memberi konotasi negatif atas suatu aktifitas investasi keuangan yang seharusnya wajar dan teratur.
Penggorengan saham atau penciptaan harga semu sesungguhnya termasuk tindak pidana manipulasi harga yang dilarang oleh Undang-Undang Pasar Modal. Sayangnya, walaupun lumayan sering terjadi, sejauh ini Otoritas pasar modal selalu mengalami kendala dalam membuktikan pelanggaran ini.
Filisofi pasar saham
Lalu, apakah memang demikian cermin pasar saham yang seharusnya? Jawabannya: tentu saja tidak. Contoh di atas sesungguhnya menggambarkan penyimpangan dari aktivitas pasar modal yang bermartabat.

Investasi pada saham suatu perusahaan memungkinkan sang investor untuk memiliki perusahaan tersebut dan berpartisipasi dalam pertumbuhan perusahaan yang dipilihnya itu, sesuai dengan persentase kepemilikannya. Investor saham mendapat bagian keuntungan dari perusahaan tersebut dalam bentuk dividen. Investor juga mendapat keuntungan dalam bentuk capital gain, yaitu apresiasi harga pasar terhadap harga beli. Kenaikan harga saham ditopang oleh faktor fundamental antara lain kinerja keuangan perusahaan yang solid dan pertumbuhan perusahaan yang menjanjikan, bukan karena ”digoreng” ke atas oleh tukang goreng! Mestinya inilah filosofi investasi di pasar saham, yaitu partisipasi sebagai pemegang saham suatu perusahaan, yang mendapat bagian keuntungan bersih perusahaan dalam bentuk dividen dan apresiasi harga saham dalam bentuk capital gain, dan sebaliknya, turut menanggung kerugian perusahaan (tidak ada dividen) dan capital loss akibat penurunan harga saham.
Pasar saham yang bermartabat

Nafsu untuk mengambil untung secara tidak wajar dengan mencelakakan orang lain menandakan minimnya atau bahkan tiadanya etika bisnis. Perception becomes reality yang sesungguhnya tidak wajar, oleh sementara orang malah bisa dianggap the beauty of the stock market. Pertanyaannya, bercermin dari cerita monyet di atas: sungguhkah ini indah? Sungguhkah si Tuan dengan kaki-tangan si Asisten yang mendapat untung besar dengan akibat penghuni desa yang mendapat rugi besar itu indah? Ya, memang indah untuk si Tuan dan si Asisten, tapi bagaimana dengan para penghuni desa?

Sahabatku sering merasa heran karena mendapatkan aku lebih sering memperingatkan orang agar berhati-hati berinvestasi di pasar saham daripada mendorong mereka menyisihkan sebagian tabungan mereka untuk investasi di pasar saham. Ironis, menurut dia, karena nasihat itu datang dari aku, yang notabene punya tugas mempromosi dan memajukan pasar modal Indonesia. Well, sampai saat ini, penggorengan saham dalam rangka penciptaan harga semu memang masih menjadi concern serius bagiku.

Alangkah bermartabatnya kalau pasar saham boleh sepi dari praktik manipulasi harga lewat penciptaan harga semu. Dengan demikian, pasar saham boleh melepaskan dirinya dari stigma identik dengan judi. Sehingga masyarakat pemodal boleh beraktifitas dengan aman dan nyaman, di pasar saham yang bersih dan berwibawa. Semoga

Diambil dari posting salah sebuah millist saham.